Halaman

Jumat, 16 Maret 2012

Yuan El-Khairity dalam Kenangan


Yuan El-Khairity, Anak  dari pak Aslan dan Ibu Ira, ia anak kedua dari tiga bersaudara, saat memasuki masa remaja, Yuan tidak dapat melakukan banyak hal seperti hal yang remaja lain lakukan. Penyakit yang ia derita membatasi gerak langkahnya. Namun Yuan tidak putus asa dengan keterbatasannya, Yuan tetap ceria, bergaul dengan banyak teman, berbuat baik pada mereka, sampai akhir hayatnya.

Siapapun yang mengenalnya pasti akan berpendapat sama, Yuan adalah anak tabah, ceria, juga jahil. Bayangkan ia sering bercanda tentang kematiaan, salah satunya,

“ Ki, nanti kalau aku meninggal, ajak temen-temen ngelayatin sama nyolatin aku ya, kalo banyak yang nyolatin kan aku bakal masuk surga , yeeee aku masuk surga ky hahahaha amin ya allah “.

mendengar itu Kiki teman Yuan meminta Yuan untuk menghentikan leluconnya yang tidak lucu itu. Kematian sepertinya bagi Yuan bukan momok yang paling ditakuti, ia sangat akrab dan sudah mempersiapkan diri, mulai dari beribadah lima waktu, solat sunnah ia jalani, dan juga dengan membaca buku-buku tentang alam barzah.

Sejak Smp, sewaktu menjelang Ujian Akhir kegiatan Yuan kian padat maklum anak kelas tiga tengah mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir nasional. Saat itulah, Yuan mulai merasakan sesak didadanya, Yuan pun berdiam diri tanpa memberitahu orang tuanya tentang rasa sakit yang ia derita belakangan itu sampai ia menginjak kebangku SMA.

Tepat semester dua di SMA, Yuan terserang batuk, orang tua Yuan pun membawa Yuan ke Rumah Sakit, ia pun sembuh. Namun batuk menyerang lagi, begitu sampai tiga minggu hingga darah yang Yuan keluarkan dari mulutnya. Yuan pun drop, seminggu lebih ia izin dari sekolah.

Melihat kondisi Yuan yang lemah pucat, jatuh rasa iba dari orang-orang terdekat, apalagi Ibu Yuan, dengan kelembutan ia meraba putri nya, kecemasannya memuncak menjadi ketakutan saat ibu Yuan merasakan leher Yuan ada benjolan.

“ Saya lemas, ini tanda-tanda kanker “ batinnya.

Yuan pun kini menjalani terapi dan mengkonsumsi obat-obatan, anehnya jenis kanker yang diderita Yuan belum juga diketahui, orang tua Yuan pun semakin cemas.

Delapan bulan kemudian~

Waktu yang cukup lama, yang Yuan jalani untuk kesembuhannya. Karena dasarnya Yuan memang anak yang ceria, walaupun ia penyakit yang bersarang ditubuhnya membatasi gerak langkahnya, Yuan tidak sedikitpun mengeluh, ia iklas menjalani jalan hidupnya yang seperti ini.

Bersama Ayah, Ibu, Kakak, dan Adiknya Yuan menghabiskan waktu-waktunya untuk bersenda gurau. Dirumah tidak lain temannya adalah kakak dan adiknya, bertiga mereka melakukan apa saja.kadang akur kadang bertengkar, namun ntah sudah pirasat atau apa, Setiap kali mereka bertengkar, rebutan laptop untuk on line misalnya, Yuan selalu berkata kepada kakak dan adiknya,

“ udahlah, sebentar lagi bakal jadi punya kalian berdua kok “.

Kalau sudah begitu mereka kembali akur, sedangkan ibu Yuan tak pernah menanggapi kata-kata Yuan, baginya jika memang Yuan akan kembali ke sisi Allah, itu adalah karunia, Allah tau yang mana yang terbaik untuk anaknya.

~
Yuan terus menerus mendapat ujian,

“ Semoga ini adalah siksaan yang hanya aku dapat didunia yang fana,
tidak dialam barzah “

Ucap hati kecil gadis yang terkulai lemah dengan selang infuse bergantung menghujam tubuhnya dan dimulutnya terpasang mesin pernafasan.

Tiba-tiba Yuan berkata pada keluarganya, yang saat itu tak ada satu orang pun yang beranjak dari ruang rawat.

“ buk, Yuan udah nggk kuat, Yuan pergi aja ya “.

kata-kata itu terus ia ulang hingga akhirnya ibu mengerti, kini tiba saat nya ia harus berpisah dengan putrinya itu. Dengan hatinya yang tabah tanpa air mata ibu Yuan berkata

“ Yuan udah siap ? “ Yuan mengangguk,
“ Ibu sayang Yuan nggk ? “
“ Ibuk sayang kamu, semua sayang kamu, hanya Allah yang lebih sayang kamu nak, kamu ikut kata-kata ibuk ya, Astaufirullah…… “ ucap Ibunya.

Yuan pun mengikuti kalimat takbir dan tahmid yang terus diucapkan ibunya sampai akhir Yuan tertidur dan layar monitor menunjukan nada datar dan bunyi yang menandakan tidak ada lagi detakan jantung.

Kini tiada lagi keceriaan seorang gadis yang bercita-cita menjadi penulis itu, begitu kesan yang mendalam dirasakan bagi orang-orang disekitarnya.

Dalam kenangan Yuan El-khairity, mereka semua yakin kini Yuan bahagia dipangkuan ilahi. Amin amin amin ya robbal allamin :’-)

Batam, 14 januari 2012
Yuni F

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com