Halaman

Sabtu, 17 Maret 2012

Maafkan Dena


“ Yaudah, hati-hati ya Mo ” ucap Dena dengan panggilan Momo pada pacarnya itu.
“ Iya Meme, kamu istirahat ya, bye ” jawab Anda sambil mengegas setan merahnya.
“ Dari mana aja ?? ” Tanya kak Desya pada Dena dengan khawatir.
“ hmm..jalan ” jawab Dena dengan cuek sambil menuju kamar.

***
Dena yang semingguan belakangan ini sedikit berubah, tidak biasanya ia keluyuran seperti ini, namun mama Dena mengerti dengan kelakuan anak bungsunya itu, tetapi mama Dena tidak terlalu membebaskan begitu saja, ia slalu memberi batas-batasan pada Dena. Sampai suatu hari Dena meminta izin pada mamanya, jika ia latihan musik di Niclany Studio,  memang benar ia latihan tapi setelah latihan satu jam, Dena pergi sama pacarnya itu, ia pun pulang kesorean dan iapun terpaksa bohong pada mamanya, kalau ia latihan sampe sesore ini.

Terkadang Dena menangis, saat Dena memikirkan kelakuannya ini, walaupun begitu, Dena selalu nemberikan yang terbaik pada orang tuanya, nilai-nilainya disekolah meningkat dan kadang Dena juga mengikuti event-event diluar sekolah.

***
Dua bulan kemudian, Dena tak seperti yang mamanya kenal lagi, yang dulunya suka dirumah, belajar. Walaupun seneng jalan, itupun tidak sesering seperti sekarang ini. Mama Dena bukannya melarang, namun takut anak bungsunya itu kenapa-kenapa.

“ Dena, bentar nak ” sahut mama pada Dena.
“ ia ma, ada apa ? ” kata Dena duduk disamping mamanya.
“ kamu jangan terlalu sering keluarlah, Ayah kamu udah wanti-wanti tu, mama sama ayah bukannya ngelarang kamu pacaran, kamu boleh pacaran tapi jangan sampai kelewat batas ” nasihat mama pada Dena.
“ ia ma, percaya sama Dena, Dena nggk akan macem-macem kok ” ucap Dena memberikan rasa kepercayaan pada mamanya itu dan mencium pipi kanan mamanya. 

***
Hari itu Dena ingin mengikuti lomba cerpen. Lomba ini diadakan dalam rangka Anniversary 29,1 Fibonacci FM. Cerpen yang Dena ingin kirimkan sudah siap ia buat, tinggal diantarkan saja ke studio tersebut.

Saat mengantarkan cerpen ke studio Dena ditemani pacarnya, sore itu cuaca tak bersahabat namun mereka tetap saja memaksakan diri. Tapi syukurlah, sampai di studio barulah hujan turun. Sambil menunggu hujan reda. Dena dan Anda duduk-duduk diruangan kecil itu.
Mo,,, Meme mau nanya nih ” sahut Dena tiba-tiba.
“ Mau nanya apa Me ??? ” jawab Anda sambil tersenyum.
“ Selama kita pacaran, Momo pernah jalan sama cewe laen ?? ” Tanya Dena.
“ Pernah… ” jawab Anda dengan singkat, membuat Dena kaget.
“ ha..iya ?? ” ucap Dena dengan muka tampak lesu.
“ ia, sama kakak, mama Anda hahaha ” kata Anda sambil tertawa.
“ ihh…dasar “ kata Dena sambil mencubit Anda.
“ kalau kamu Me, pernah nggk?? ” sahut Anda.
“ nggak perna ya, woooo ” jawab Dena.

Selama ini Dena memang setia pada Anda,  kalau ada kenalan yang mengajak ia jalan, Dena selalu menolak. Tapi entahlah dengan Anda, apa ia juga setia  pada Dena, Dena selalu berharap begitu, Anda setia dengannya. Meskipun sudah lumayan lama mereka pacaran, Dena masih belum bisa percaya sepenuhnya pada Anda.


***

“ Denaaaa ” teriak Desty dari kejauhan dan langsung menghampiri Dena.
“ lu masih sama Anda?? ” Tanya Desty tiba-tiba.
“ kok nanya gitu, kenapa? “ jawab Dena panik.
“ hmm.. iya Dena, terserah mau percaya atau kagak, Anda tuh kagak baek buat orang kayak lu, mending udahan aja, dar ipada lu ntar sakit.
“ haa…kenapa emang sama dia?? ” ucap Dena penasaran.
“ Denaa… lu itu emang ya, terlalu baek dah jadi cewe, dia itu pokonya kagak baek buat lu, dia itu diem-diem ngedeketin temen aku Dena ” kata Desty.
Seling beberapa saat mendengarkan cerita Desty, Dena pun sedih, namun rasa tidak percaya kalau Anda bisa setega ini, padahal selama ini hubungan mereka baik-baik saja.

“ Aku sadar, aku emang belum bisa nurutin kemauan kamu Mo, keluar malem sekalipun aku selalu nggk bisa, aku cuma nggak mau ngebantah orangtua ku Mo, tapi tega ya kamu Mo, mana kata-kata kamu selama ini, yang selalu mengerti aku. Tapi diam-diam kamu gini’in aku, aku berharap kamu secepatnya berubah Mo ” ucap Dena dalam hati sambil meneteskan airmatanya.
Dena benar-benar sangat menyesal karna telah percaya pada Anda, dan lebih menyesalnya lagi Dena telah berubah dimata mamanya.

“ Maafkan Dena Ma… ”
kata-kata itulah yang ia selalu ia ucapkan setiap ia mengingat kelakuannya selama ini(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com