“ Yaudah,
hati-hati ya Mo ” ucap Dena dengan panggilan Momo pada pacarnya itu.
“ Iya
Meme, kamu istirahat ya, bye ” jawab Anda sambil mengegas setan merahnya.
“ Dari
mana aja ?? ” Tanya kak Desya pada Dena dengan khawatir.
“ hmm..jalan
” jawab Dena dengan cuek sambil menuju kamar.
***
Dena yang semingguan belakangan ini
sedikit berubah, tidak biasanya ia keluyuran seperti ini, namun mama Dena
mengerti dengan kelakuan anak bungsunya itu, tetapi mama Dena tidak terlalu
membebaskan begitu saja, ia slalu memberi batas-batasan pada Dena. Sampai
suatu hari Dena meminta izin pada mamanya, jika ia latihan musik di Niclany Studio,
memang benar ia latihan tapi setelah
latihan satu jam, Dena pergi sama pacarnya itu, ia pun pulang kesorean dan
iapun terpaksa bohong pada mamanya, kalau ia latihan sampe sesore ini.
Terkadang Dena menangis, saat Dena
memikirkan kelakuannya ini, walaupun begitu, Dena selalu nemberikan yang
terbaik pada orang tuanya, nilai-nilainya disekolah meningkat dan kadang Dena
juga mengikuti event-event diluar sekolah.
***
Dua bulan kemudian, Dena tak seperti
yang mamanya kenal lagi, yang dulunya suka dirumah, belajar. Walaupun seneng
jalan, itupun tidak sesering seperti sekarang ini. Mama Dena bukannya melarang,
namun takut anak bungsunya itu kenapa-kenapa.
“ Dena,
bentar nak ” sahut mama pada Dena.
“ ia ma,
ada apa ? ” kata Dena duduk disamping mamanya.
“ kamu
jangan terlalu sering keluarlah, Ayah kamu udah wanti-wanti tu, mama sama ayah
bukannya ngelarang kamu pacaran, kamu boleh pacaran tapi jangan sampai kelewat
batas ” nasihat mama pada Dena.
“ ia ma,
percaya sama Dena, Dena nggk akan macem-macem kok ” ucap Dena memberikan rasa
kepercayaan pada mamanya itu dan mencium pipi kanan mamanya.
***
Hari itu Dena ingin mengikuti lomba
cerpen. Lomba ini diadakan dalam rangka Anniversary 29,1 Fibonacci FM. Cerpen
yang Dena ingin kirimkan sudah siap ia buat, tinggal diantarkan saja ke studio
tersebut.
Saat mengantarkan cerpen ke studio
Dena ditemani pacarnya, sore itu cuaca tak bersahabat namun mereka tetap saja
memaksakan diri. Tapi syukurlah, sampai di studio barulah hujan turun. Sambil
menunggu hujan reda. Dena dan Anda duduk-duduk diruangan kecil itu.
“ Mo,,, Meme mau nanya nih ” sahut Dena tiba-tiba.
“ Mau
nanya apa Me ??? ” jawab Anda sambil tersenyum.
“ Selama
kita pacaran, Momo pernah jalan sama cewe laen ?? ” Tanya Dena.
“ Pernah… ”
jawab Anda dengan singkat, membuat Dena kaget.
“ ha..iya ??
” ucap Dena dengan muka tampak lesu.
“ ia, sama
kakak, mama Anda hahaha ” kata Anda sambil tertawa.
“ ihh…dasar
“ kata Dena sambil mencubit Anda.
“ kalau
kamu Me, pernah nggk?? ” sahut Anda.
“ nggak
perna ya, woooo ” jawab Dena.
Selama ini Dena memang setia pada
Anda, kalau ada kenalan yang mengajak ia
jalan, Dena selalu menolak. Tapi entahlah dengan Anda, apa ia juga setia
pada Dena, Dena selalu berharap begitu, Anda setia dengannya. Meskipun sudah
lumayan lama mereka pacaran, Dena masih belum bisa percaya sepenuhnya pada
Anda.
***
“ Denaaaa ”
teriak Desty dari kejauhan dan langsung menghampiri Dena.
“ lu masih
sama Anda?? ” Tanya Desty tiba-tiba.
“ kok
nanya gitu, kenapa? “ jawab Dena panik.
“ hmm.. iya
Dena, terserah mau percaya atau kagak, Anda tuh kagak baek buat orang kayak lu,
mending udahan aja, dar ipada lu ntar sakit.
“ haa…kenapa
emang sama dia?? ” ucap Dena penasaran.
“ Denaa…
lu itu emang ya, terlalu baek dah jadi cewe, dia itu pokonya kagak baek buat
lu, dia itu diem-diem ngedeketin temen aku Dena ” kata Desty.
Seling beberapa saat mendengarkan
cerita Desty, Dena pun sedih, namun rasa tidak percaya kalau Anda bisa setega
ini, padahal selama ini hubungan mereka baik-baik saja.
“ Aku
sadar, aku emang belum bisa nurutin kemauan kamu Mo, keluar malem sekalipun aku
selalu nggk bisa, aku cuma nggak mau ngebantah orangtua ku Mo, tapi tega ya
kamu Mo, mana kata-kata kamu selama ini, yang selalu mengerti aku. Tapi
diam-diam kamu gini’in aku, aku berharap kamu secepatnya berubah Mo ” ucap Dena dalam hati sambil meneteskan airmatanya.
Dena benar-benar sangat menyesal
karna telah percaya pada Anda, dan lebih menyesalnya lagi Dena telah berubah
dimata mamanya.
“ Maafkan
Dena Ma… ”
kata-kata itulah yang ia selalu ia
ucapkan setiap ia mengingat kelakuannya selama ini(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar