Halaman

Jumat, 16 Maret 2012

Tetesan Air Mata Bening Yasmin

Tetesan Air Mata Bening Yasmin

“ Allahuakbar…allahuakbar….allahuakbar…..Laa ilaaha illallaahuwallahu akbar ”.
takbir berkumandang malam itu, malam kemenangan bagi umat islam. Berbagai macam cara orang-orang merayakan takbiran malam itu, ada yang berkumpul di masjid, berkeliling kompleks, bermain mercun, ber’ugal-ugalan di jalan, dan mungkin hanya berdiam diri di rumah saja, seperti hal yang Yasmin lakukan, ia hanya berdiam diri di kamar sambil memainkan piano dan bernyanyi.

“ Ayah dengarkanlah, aku ingin bertemu walau hanya dalam mimpi~ ”.

Nyanyian Yasmin untuk ayahnya, Ayahnya yang telah tiada. Ayah Yasmin telah meninggal dunia setahun yang lalu, Hampir setiap malam ia memainkan piano pemberian Alm. Ayahnya itu.

Rasa jenuh pun datang, Yasmin langsung menuju halaman atas, duduk diatas ayunan yang biasanya ia duduki bersama Ayahnya sambil menyedu teh hangat buatannya sewaktu ia kecil, namun kini ia hanya sendiri berayun pelan diatas ayunan sambil menatapi langit yang penuh dengan kerlap-kerlip bintang juga mercun yang sedari tadi tidak ada henti-hentinya meramaikan langit malam takbiran saat itu.

“ Adek rindu ayah, Ayah adek pengen ketemu ayah, ayah lagi apa disana? Sini dong kita main ayunan lagi yah, nanti adek buatin teh hangat yang paling enak deh buat Ayah ” .

Ucap Yasmin sambil melamun. Namun tersentak terkejut saat mercun memecahkan langit malam saat itu, “ Astaghfirullaahal’azhiim ” ucap Yasmin sambil mengusap air matanya yang sedari tadi mengalir pelan dipipi mungilnya.

Sebelum Ayah meninggal, Idan (Kakak Yasmin) telah dahulu meninggalkan keluarganya, Kak Idan sangat suka balap motor, teringat dibenak Yasmin saat ia menemani kakaknya mengikuti perlombaan balap motor. Sebelum mulai Kak Idan berkata pada Yasmin,

“ Dek, pegangin sampu tangan kakak ya, ntar kalau kakak nyampe finish usapkan keringat kakak, oke? ”
“ Sip kak, pasti itu adek usapi keringat kakak ”
“ Haha, Adik yang baik ” sambil mengelus kepala Yasmin.
“ Semangat kak Idan pasti kak Idan menang !!! ” teriak Yasmin saat kak Idan berada di garis start.


Namun saat perlombaan berjalan, sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada Kak Idan, dari belakang Kak Idan di tabrak oleh lawannya, terpental 15 meter dan terlindas lagi dengan lawan lainnya, Kak Idan tidak bisa diselamatkan lagi, saat itu bukan keringat Kak Idan yang Yasmin usapi, namun darah yang mengalir dari tubuh kakaknya lah yang ia usapi dengan sapu tangan yang Kak Idan berikan tadi.





Itu lah yang menyebabkan Kak Idan meninggal dunia. Yasmin sangat kehilangan Kak Idan, kakaknya yang begitu baik, yang begitu senang memanja-manjakan dirinya,
Tetapi sekarang Kak Idan sudah tenang disana, Yasmin yakin suatu saat nanti ia pasti bisa bertemu dengan Kak Idan lagi dan bermanja-manja lagi dengannya, begitu juga dengan Ayah, pasti dapat berkumpul bersama di surga nanti, Amin.

***
Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, Tahun ini Yasmin merayakan Idul Fitri dengan penuh kesederhanaan, tahun-tahun yang lalu Yasmin merayakan Idul Fitri dengan kemewahan dan lengkap dengan orang-orang yang ia sayangi, namun kini ia merayakan Idul Fitri tanpa Ayah dan Kak Idan, walaupun begitu Yasmin tetap bersyukur karena masih ada Ibu yang selalu ada untuknya.

Pagi itu suasana rumah begitu sunyi, karena hanya ada Yasmin dan Ibunya, berbeda dengan suasana rumah lainnya, yang begitu berbahagia dengan keluarga mereka yang lengkap, Yasmin dan Ibunya pun bersiap-siap untuk solat id’, mereka berdua pun berjalan menuju masjid yang tidak begitu jauh dari rumah mereka.

~

Setelah pulang dari solat id’ Yasminpun langsung sungkeman pada ibunya

“ Maafin adek ya buk, kalo selama ini adek cuma bisa nyusahin ibuk, adek banyak salah sama ibuk, maafin adek yang dulunya suka ngebantah ibuk, adek khilaf buk, maafin adek, maaf juga kalo adek belum bisa nyenengin ibuk ”.

Tangis Yasmin sambil berlutut di kedua kaki ibunya. Teringat perilakunya yang dahulu begitu nakal, dahulu sebelum Ayahnya meninggal dunia, Yasmin memang sangat nakal begitu juga dengan Kak Idan, mereka berdua suka keluar malam, minum, on, balap motor, membantah orang tua, membuang-buang uang dengan hal yang tidak jelas. Kini hanya penyesalan yang ada dibenak Yasmin, karena ia tidak sempat meminta maaf pada Ayahnya, karena disaat Ayahnya sakit-sakitan ia tidak berada disamping Ayahnya hingga Ayahnya meninggal dunia, Yasmin lebih memilih liburan keluar kota dengan teman-teman sekolahnya. Walaupun begitu sekarang Yasmin tetap mengambil hikmah dari kejadian semua ini, Yasmin pun sekarang telah berubah menjadi anak yang lebih baik.

Setelah sungkeman, Yasmin dan Ibunya langsung berziarah kemakam Ayah dan Kak Idan, diperjalanan menuju makam Yasmin memperhatikan Avanza tepat disamping mobilnya. Saat itu sedang lampu merah. Ia terus memperhatikan mobil itu, tampak di dalamnya satu keluarga yang begitu bahagia.

 “ Ya Allah, Seandainya saja Ayah dan Kak Idan masih ada, pasti Yasmin juga bisa merasakan hal yang sama seperti keluarga itu, Yasmin iri dengan mereka, mereka yang bisa kumpul dengan keluarganya dan berpakaian serba baru, sedangkan Yasmin dan ibu? Hanya bisa kumpul berdua dan memakai pakaian tahun lalu ”.

Ucapnya dalam hati, dan tersentak terkejut saat klakson mobil dari belakang menyapa gendang telinganya, karena lampu merah telah berganti dengan lampu hijau.




Yasmin memang belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang menimpa hidupnya, hidupnya yang penuh dengan cobaan, hidup Yasmin yang sekarang dengan yang dahulu sangat berbeda. Dahulu saat ayahnya masih ada, hidup Yasmin sangat royal, dan keluarganya sangat terpandang, namun sekarang mereka hanyalah orang biasa, yang penuh dengan kesederhanaan.
~
Setengah jam diperjalanan, Yasmin dan Ibunya pun sampai dipemakaman. Yasmin dan Ibunya pun langsung membersihkan makam Ayah dan Kak Idan, langsung dengan mengirimkan doa, juga membasahi tanah makam Ayah dan Kak Idan dengan sebotol air dan menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa dari rumah. Tampak Ibu menangis di atas nisan Ayah, saat itu Yasmin pun tidak dapat menahan tangis, ia pun langsung memeluk dan menghapus air mata Ibunya. Setelah selesai berziarah, Yasmin dan Ibunya pun pulang kerumah.


***
Tiga tahun kemudian ~

Sewaktu Yasmin masih kecil, Ayah berpesan kepada Yasmin

“ Nanti kalau adek udah gede, harus jadi orang yang berguna ya nak. Gapailah cita-cita adek setinggi-tingginya, yang utama jaga diri adek baek-baek ya ”.

Amanah itu benar-benar Yasmin pegang, hingga akhirnya ia pun telah menjadi penulis terkenal seperti hal yang ia cita-citakan sejak kecil dahulu dan ia juga bisa membahagiakan Ibunya,  Hasil tulisnya sangat di minati pembaca. Novelnya laku terjual, di tambah lagi dengan ia membuka usaha bersama Ibunya, kini hidup Yasmin kembali bahagia seperti dahulu, namun Yasmin tetaplah menjadi sosok yang begitu sederhana, ia tidak mengulang kesalahannya yang seperti dahulu, membuang-buang uang dengan hal yang tidak bermanfaat, kini sebagian rizkinya ia sumbangkan kepanti asuhan.

Sore itu sepulang dari toko buku, Yasmin langsung menuju pasar untuk membeli sembako, selesai membeli sembako, Yasmin langsung menuju panti asuhan Al-hajj untuk memberikan sembako yang ia beli tadi.


Saat itu ia ditemani Ibunya, setelah memberikan sembako dan santunan pada anak yatim, Yasmin dan ibunya pun bercengkrama pada Pak Haji Firdaus (pemilik panti asuhan). Setelah cukup lama, tampak sosok lelaki dengan koko putih, mata Yasmin pun tertuju pada sosok lelaki tampan itu. Ternyata ia anak Pak Haji Firdaus, Yasminpun diperkenalkan pada Risky (anak pak Haji Firdaus) mereka pun saling kenal hingga suatu hari mereka pun menjalin hubungan yang serius, mereka akan tunangan.

Yasmin sangat bersyukur akan mempunyai calon suami yang begitu tampan dan soleh juga telah mempunyai usaha sendiri. Begitu juga dengan Risky ia tampak senang karena akan mempunyai istri yang soleha. Mereka sangat serasi apalagi dengan pakaian yang telah mereka siapkan untuk pernikahan nanti.






Sebulan kemudian ~

Setelah tunangan, sekarang mereka tengah mempersiapkan acara untuk pernikahan.

“ Assalamualaikum ” ucap Yasmin saat mengangkat ponselnya.
“ Walaikumsalam ” jawab Risky.
“ Ada apa ky?? ”
 “ Kamu udah makan ? ” kata Risky sambil menyetir mobil.
“ Ini mau makan siang ky, kamu udah makan? ”
“ Udah kok tadi ”
“ Sekarang dimana ? ” Tanya Yasmin.
“ Lagi dijalan Yasmin, mau ngambil undangan kita, tadi mas Dhani ngubungin saya, katanya undangan kita udah bisa di ambil ”
“ Oh Yasmin gak perlu ikut? ”
 “ Enggak, enggak usah. kamu istirahat aja dirumah ”
“ Oh ia ia, kamu hati hati ya ”.
namun tutt…tutttt….ponsel Risky mati, Risky pun mencoba mengambil baterai ponsel yang ada di dalam tasnya, namun saat hendak memasang baterai ke ponselnya, didepan tampak sosok ibu yang tengah menyeberang dan Risky pun langsung banting stir hingga menabrak kios-kios yang ada disamping jalan hiingga mobil yang ia bawa terbalik.

Darah dari kepala Risky terus mengalir, namun tidak ada satu orang pun yang berani menolongnya. Saat itu keluarga Risky belum mengetahui kejadian yang menimpa Risky, namun setelah beberapa jam kemudian merekapun mengetahui kejadian yang telah menimpa anaknya itu dari pihak rumah sakit, mereka sangat tidak percaya kalau anaknya telah tiada, apalagi dengan Yasmin yang tinggal beberapa hari lagi akan menjadi istrinya, ia sangat syok.

“ Astaghfirullaahal’azhiim Ya Allah, kenapa lagi ini, kenapa Engkau ambil semua orang-orang yang begitu aku sayangi??? Ya Allah apa ini karma dari semua perilaku ku yang lalu, aku tak sanggup Ya Allah…… ” isak tangis Yasmin memeluk Risky.

Isak tangis Yasmin tidak berhenti hingga Risky dimakamkan, Yasmin tetap tidak bisa menerima kenyataan ini,
Tetesan Air mata Bening Yasmin pun terus membasahi tanah pemakaman
‘ Risky Aditya Firdaus ’ calon suaminya yang kini telah pergi untuk selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com