Siang itu matahari begitu terik walau hanya dengan penglihatan, panas itu seakan terasa menyengat dikulit.
Tampak sosok lelaki dari kejauhan, tepat berdiri di jendela lantai tiga
sekolah, mengeluarkan kepalanya, merenung sambil memutar-mutarkan
pulpen dijemarinya. Sosok itu bernama Andro Hadiandra Widjanarko, yang
biasa dipanggil Andro. Hampir setiap jam istirahat atau jam pulang
sekolah ia selalu saja hadir merenung di jendela itu, seakan-akan itu
aktivitas yang wajib untuk ia lakukan, tanpa pernah absen. Padahal tak
ada pemandangan yang istimewa dari balik jendela hitam bening itu. Hanya
tampak rerumputan lusuh dan ilalang biasa. Namun bagi Andro, tempat itu
adalah tempat yang nyaman untuk berkhayal, berhalusinasi atau
menenangkan diri.
Kali ini Andro berdiri dijendela
hitam bening itu untuk merenung dan menggalaukan diri. Dengan ditemani
angin sepoi yang sedari tadi berlalu lalang tak tampak oleh mata namun
dapat dirasakan sejuknya dan ditemani juga dengan suara ilalang yang
bergoyang pelan tertiup angin.
Terlempar ke masa
lalu, masa-masa yang begitu indah, masa-masa yang begitu banyak
kenangan, yang begitu sulit untuk dilupakan, ia adalah Andini. Sosok
wanita berambut panjang, berkulit hitam manis, dan berbadan tinggi
semampai. Sungguh berparas indah dimata Andro.
Dini adalah wanita yang pernah mengisi hari-harinya Andro, yang cukup
banyak merubah Andro ke sifat yang lebih baik dikehidupan Andro, cukup
lama hubungan And ro dan Dini berjalan, namun karena takdir sudah
berkata lain, Dini pergi untuk selamanya karena kecelakaan yang
menimpanya.
Tepat di hari jadi mereka yang ke dua
tahun. Saat itu bulan Ramadhan, sebelum berbuka puasa Andro dan Dini
berkeliling untuk jalan-jalan sore dan mampir ke Pasar Ramadhan, mereka
membeli makanan untuk bukaan puasa nanti. Setelah itu mereka pulang ke
rumah Andro, sesampai rumah Dini langsung menyiapkan makanan dan
minumannya. Bola mata Andro tertuju pada sosok Dini yang begitu ke
Ibuan. Dini bisa menggantikan posisi Mamanya Andro yang sedang sibuk
diluar kota. Dari Dinilah ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian
layaknya seorang Ibu. Inilah salah satu hal yang sangat ia sukai dari
Dini. Beduk berbunyi, Andro dan Dini pun berbuka puasa bersama. Dimulai
dengan membaca doa berbuka puasa, menyeduh teh hangat, juga buah kurma
sebagai pembukanya. Setelah itu mereka solat magrib berjamaah di rumah.
Andro sangat senang, ini hal kedua yang membuatnya sangat mencintai Dini
karena saat dahulu ia sangat jarang mengerjakan solat namun sekarang
Andro berubah, ia cukup rajin untuk beribadah, ini semua karena Dini,
Dinilah yang selalu mengingatkan dan melatih Andro untuk beribadah.
Setelah selesai mereka pun melanjutkan makan nasi, walau dengan lauk
pauk sederhana tapi karena dengan adanya kebersamaan makanan itu begitu
lahap masuk ke dalam perut yang kosong. Makan pun selesai, Andro dan
Dini duduk di ayunan halaman depan rumah.
“ Sayang, Aku kangen Mama loh “ ucap Andro.
Dini tersenyum dan memegang jemari Andro, “ sabar “ satu kata yang terlempar dari bibir mungil Dini.
“
hmm Mama sibuk banget, sampei lupa sama anaknya. Aku kangen dinyanyiin
sama Mama, waktu kecil sering noh aku dinyanyiin malaikat kecil ku sama
Mama. Lah sekarang, boro boro nyanyi. Ngigetin aku makan aja kagak
pernah. Coba aja Papa masih ada, pasti Mama gak sesibuk ini “
“ Ya ampun, yauda kita telpon Mama yah ? “
“ ahh percuma yang, Mama sibuk terus “
“ yaudah aku aja deh yang nyanyi ya “
Andro
tersenyum senang mendengar itu, Dini pun bernyanyi dengan suaranya yang
lembut itu, Andro pun ikut bernyanyi, mereka berayun sambil bernyanyi
berdua.
Tak lama kemudian, Adzan isya
berkumandang. Andre dan Dini pun stop bernyanyi juga berayun, langsung
menuju Masjid yang tak jauh dari rumah untuk tarawihan. Ini juga hal
yang sangat luar biasa bagi Andro kepada dirinya sendiri, sebelum
mengenal Dini, Andro tak pernah Tarawihan di setiap bulan Ramadhan,
salah satunya karena Andro kurang perhatian dari orang tuanya. Namun
sekarang ia mau tarawihan, semua ini tidak lain karena Dini.
Setelah beberapa jam, tarawihan pun selesai. Dini pun langsung meminta
antar pulang kerumahnya, namun karena ada kejutan buat Dini, Andro pun
mengajaknya kembali ke rumahnya. Sampai dirumah Andro, Andro langsung
masuk kerumah berpura-pura untuk mengambil switter, namun saat Andro
keluar, Andro membawa BlackForest yang diatasnya berdiri angka 2. Ini
cake sebagai tanda dua tahun hubungan Andro dan Dini, Dini tampak senang
akan kejutan dari pacarnya itu, mereka pun meniup lilin dan berdoa buat
hubungan mereka, setelah itu mereka saling colek mencolek cream cake
dari muka ke muka, raut senang yang tergambar di kedua sijoli itu, Andro
dan Dini.
Selesai dari itu, Andro pun
mengantarkan Dini pulang, diperjalanan pulang ini lah kecelakaan menimpa
Andro dan Dini. Namun Andro selamat, hingga skarang Andro selalu merasa
bersalah kalau ia sendirilah penyebab dari kematian pacarnya itu. Dan
hari itu adalah hari terakhir bahagianya Andro dan Dini, juga hari yang
penuh dengan penyesalan.
Sampai saat ini Andro tak
dapat melupakan Dini, meskipun sudah beberapa perempuan yang hadir
dikehidupannya, tetap Dinilah yang ia sayang. Sosok wanita yang bisa
merubah hidupnya. Penyesalan yang juga tak kunjung hilang saat dosa
terindah itu menghampiri Andro dan Dini. Andro sangat menyesal telah
berbuat hal yang tak seharusnya ia lakukan kepada wanita baik seperti
Dini, namun karena saling cinta hal itu pun terjadi.
Andro selalu menjadi yang terbaik, setia, dan ingin menjadi lelaki yang
bertanggung jawab. Namun takdir membawa pergi Dini, bagi Andro Dini
adalah dosa terindah sekaligus kekasih terindahnya yang telah pergi
untuk selamanya. Dan Andro selalu berdoa, agar Dini mendapatkan tempat
yang indah disana, biarlah Andro yang menanggung dosa terindah itu. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar