Halaman

Minggu, 08 April 2012

Dia Dimata Dunia


Aku Raisa, Aku dilahirkan kedunia tanpa dikarunia penglihatan dan aku juga ditelantarkan oleh Ayah dan Ibuku, ntah dimana mereka sekarang. Sungguh sulit keadaan ini untuk ku terima dan ku jalani, aku yang baru saja lahir yang pada saat itu, aku ingin merasakan pelukan hangat dari seorang Ibu dan Ayah, itu semua tak kudapatkan. Mungkin aku hanya bisa menangis dan  menangis ketika dinginnya malam menyapa kulit tipis ku, sehelai kain putihlah yang melindungi ku saat itu. Namun aku beruntung, ketika seorang bapak-bapak mau menolong ku dan mengasuhku hingga sekarang, mungkin batinnya tersentuh melihat keadaan ku yang saat itu begitu memprihatinkan. Ia adalah Pak Hadi, dahulu saat aku masih kecil sampai aku menginjak umurku ke lima tahun,  ia bekerja mengurusi pohon pinus tetangganya. Penghasilan yang tak begitu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun Pak Hadi selalu mencoba memenuhi kebutuhan ku. Dari makan, biaya sekolah, hingga penglihatan ku. Ya penglihatan, Pak Hadi mendonorkan kedua penglihatannya kepada ku, sebenarnya hal ini sangat bodoh. Namun semua sudah terjadi. Hari itu juga aku dapat melihat sosok Pak Hadi yang selama lima tahun mengurusi ku, yang selama lima tahun itu aku tak mengetahui bentuk wajahnya. Tetapi kini aku dapat melihatnya dengan penglihatannya dari dirinya yang ia beri untuk ku. Aku tak kuat dengan keadaan Pak Hadi yang seperti ini, aku tak tega melihatnya. Namun Pak Hadi selalu berkata kepada ku,
“ Jangan bersedih, bapak tidak apa-apa bapak baik-baik saja nak, lihatlah dunia sepuas puasnya gapailah cita-cita kamu, ini mata pemberian dari Allah Swt bukanlah dari bapak, bapak hanya sebagai perantara untuk Malaikat Kecil yang tak berdosa seperti kamu “
bagi ku Pak Hadi adalah Malaikat yang Tuhan kirimkan untuk ku sebagai pengganti orang tuaku yang kelak akan membimbingku. Aku bertekat akan menggapai cita-cita ku dan akan membalas kebaikan dari Pak Hadi.
            Pak Hadi memang sosok lelaki yang kuat, tanpa penglihatan ia masih mampu bekerja mengurusi Pohon Pinus tetangga nya. Karena sudah telaten, ia membuat aliran getah dibatang pohon, mengambil getah yang hendak disadap, memanjat pohon, memasang batok kelapa sebagai penampung getah. Semua ia lakukan dengan baik layak nya seperti saat ia masih bisa melihat. Hanya saja saat ia berangkat kerja yang terkadang ia harus menyeberang sungai untuk menyadap Pohon Pinus, yang misalnya pada saat itu hujan. Ia pun tak bisa bekerja karena itu sangat membahayakan dirinya.
            Aku semakin hari semakin besar, dan aku tak ingin terus-terusan menyusahkan Pak Hadi, aku pun membantu tetangga ku yang berjualan kue, dengan menjual kue-kue itu aku cukup membantu Pak Hadi, setelah menjual kue keliling desa, aku lanjut kepasar untuk membantu mengangkat belanjaan ibu-ibu, dari sini juga lumayan hasilnya. Setelah itu aku pergi kewarung makan untuk membantu mencuci piring, dari sini terkadang aku memperoleh nasi juga lauk dari pemilik warung makan. Nasi dan lauk inilah yang terkadang aku antarkan ketempat kerja nya Pak Hadi, aku senang dengan semua yang kulakukan walaupun lelah aku sangat niat melakukannya karena aku juga ingin menjadi seperti Pak Hadi, sosok pekerja keras. Hingga suatu saat yang Pak Hadi pesan kepadaku  disaat ia mendonorkan kedua penglihatannya, semua itu sekarang menjadi kenyataan. Dari usaha dan kerja keras ku, Aku berhasil menjadi penulis, tulisan ku diminati pembaca. Hasil dari sini aku hadiah kan semua ke Pak Hadi, walaupun aku baru saja bisa membahagiakan Pak Hadi dihari tuanya aku cukup puas. Namun terkadang aku masih saja teringat akan kedua orang tua ku, dimana mereka sekarang aku juga ingin berbagi kebahagiaan untuk Ayah dan Ibuku yang telah melahirkan ku kedunia dan juga menelantarkan ku dua puluh lima tahun lalu, jika memang tak bisa bertemu dengan mereka berdua, aku hanya bisa  mendoakan Ibu dan Ayah agar selalu sehat dan bahagia disana.
            Semakin hari semakin renta keadaan Pak Hadi yang kulihat, lututnya lemah aku selalu sabar membantunya untuk bangun,  seperti ia yang dahulunya ia lakukan kepadaku, selalu sabar melatihku untuk belajar  berjalan. Aku juga sungguh tak bosan disetiap waktu bercerita dengannya tentang pekerjaan ku sambil menyuapkan nya bubur kacang hijau kesukaannya yang ku buat sendiri.
Semua ini belum cukup dengan apa yang Pak Hadi beri kepadaku, semua pengorbanannya sungguh berharga dihidup ku.  Aku akan berusaha untuk membalas semuanya dan selalu berdoa untukmu Pak. aku ingin di hari tua mu ini bapak bahagia, walau hanya bisa terbaring lemah di atas kasur. Aku akan selalu memahami dan memiliki rasa kesabaran untuk merawat hingga detik terakhir mu. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com