Halaman

Selasa, 24 April 2012

Kecupan Pertama dan Terakhir

Tak pernah terbayangkan oleh ku, hubungan yang baru saja beberapa bulan ku jalani dengan pacar ku berakhir karena kepergian nya beberapa bulan yang lalu.
            Farrel Ahmad Faruq, ia adalah pacarku yang kini telah tiada, kebersamaan kami hanya setengah tahun, walaupun singkat. Kebersamaan dengan nya sangatlah berharga bagiku. Kasih sayang darinya begitu memasuki dikehidupan ku, batin dan raga ini sungguh sulit menerima kepergiannya. Aku, keluarga ku, teman-teman, dan keluarganya begitu menyayangi Arrel. Namun Allah Swt lebih menyayangi Arrel, maka dari itu Arrel dipanggil secepat ini.
            Detik berganti menit, menit berganti jam, siang berganti malam, hingga dua bulan berlalu. Bola mata ku masih saja menangisi Arrel, sosok yang selalu memberi ku semangat dalam hal apapun yang bersifat positif, sosok yang selalu membuat ku tertawa, sosok yang selalu menasehati ku, aku sangat merindukan nya, aku rindu dipeluk nya. Sungguh batin dan raga ini sangat membutuhkan sosok itu.
            Terlintas saat Arrel pernah berkata kepada ku, yang saat itu Alm. Sena sepupu dari ku meninggal dunia, saat itu aku juga merasa kehilangan Sena dan aku menangis saat pemakam Sena, Arrel lah orang yang menenangkan ku,
“ Udah jangan nangis terus nggk baik loh, kita harus iklas dengan kepergian orang yang kita sayangi, nah sekarang hapus air matanya, kirim doa buat Sena. Adel sayang kan sama Sena ”
Aku sangat ingat saat Arrel mencoba menenangkan ku, dari kata-kata itu aku pun berusaha untuk tidak berlarut sedih karena orang yang aku sayangi sudah tiada lagi.

            Aku mencoba sibuk diluar sekolah, mengikuti kegiatan apa saja yang bersifat positif. Dengan kesibukan seperti ini, aku menjadi tidak terlalu larut dengan keadaan ku seperti  yang kemarin. Dan aku juga yakin, Arrel disana pun tenang jika aku tidak larut dalam kesedihan lagi. Aku cukup semangat saat mengikuti kegiatan Tataboga ini, yang memang dari dahulunya aku suka memasak, dari sini aku cukup banyak menerima ilmu. Kesedihan ku terkadang datang dengan tiba-tiba, saat teringat waktu aku dan Arrel membuat Nutrigell, Aku dan Almarhum pacarku sangat suka dengan Nutrigell, walaupun tidak seberapa, kalau membuatnya dan makannya bersama Arrel, itu moment yang indah bagiku.
“ Seandainya saja kamu  masih ada sayang, aku bakal buatin Nutrigell yang paling enak buat kamu, aku bakal nyuapin kamu tanpa kamu suruh-suruh lagi, aku kangen :’( “ batin ku.

Kondisiku down, aku sempat dirawat dirumah sakit, saat itu aku berharap, aku ingin sakit dan sakit agar kematian datang juga kepada ku, namun harapan buruk ku itu tidak terjadi.
“ Ya Allah, sampai kapan Adel seperti ini, Adel tak ingin berlarut dalam keadaan sedih seperti ini terus menerus, jujur Adel sangat membutuhkan kehadiran Arrel. Tapi Arrel udah enggak ada. Jadi tolong, Adel hanya ingin mengiklaskan kepergian Arrel. Agar Adel tidak terus-menerus seperti ini. Beri Adel kekuatan Ya Allah ” batin ku saat aku terkulai lemah di atas kasur dengan selang infuse yang terpasang dilengan ku.
            Seminggu kemudian, aku pun dapat pulang kerumah kembali, kondisiku cukup membaik. Setelah beberapa hari aku istirahat dirumah, dan kondisi ku pun semakin membaik. Aku berniat untuk berziarah kemakam Arrel, Supir ku pun bersedia mengantarkan ku, sebelum itu aku membeli satu botol Aqua dan juga kembang terlebih dahulu di persimpangan makam. Dan kemudian langsung menuju makam Arrel. Kutatapi batu nisan itu, ku sentuh tanah makam itu. Sungguh batin ini menangis kembali, aku pun terlontar saat detik-detik terakhir kepergian Arrel, yang saat itu aku pergi bersamanya, ntah mengapa hari itu bukanlah hari libur. Namun Arrel mengajak ku nonton setelah pulang dari sekolah. Aku pun menerima ajakan nya, saat itu tidak ada tanda-tanda atau pirasat apapun. Yang kami rasakan berdua hanyalah kesenangan hingga malam hari pun tiba, kami pun pulang namun sebelum itu aku dan Arrel mampir ke Masjid yang berada diseberang jalan, aku dan Arrel pun shalat isya disana. Setelah shalat, kami melanjutkan perjalanan pulang kembali. Diperjalanan pulang aku terhenyak memeluk Arrel karena angin malam yang begitu dingin, kusenderkan wajah ku dibahunya. Namun entah mengapa tiba-tiba seperti ada angin yang lewat dan suara yang keras. Dan saat itu aku merasa tercampak, aku mencoba membuka mataku, tetapi sulit. Beberapa menit kemudian, aku merasakan sakit dari tubuh ku, dan melihat baju seragam ku sudah penuh dengan darah, namun aku masih kuat saat itu, yang aku fikirkan. Dimana Arrel, Arrel dimana. Aku pun mencoba bangun dan mencoba sekuat tenaga untuk menemukan Arrel. Aku pun melihatnya, saat itu juga Arrel sudah terbaring ditengah jalan, tidak ada satu orang pun yang mau menolong kami, aku tertatih merangkak menuju sosok pacar ku yang sudah terbaring tidak bergerak, sedikit demi sedikit aku mendekatinya. Dan terjatuh di geletakan Arrel,
“ Ya Allah, Arreeeeeeeeel ”
Saat itu aku sangat tidak sanggup melihat keadaan Arrel, yang penuh dengan darah. Ku usap wajah pacar ku yang penuh dengan darah itu dengan kerudungku. Aku mencoba menyadarkan nya, aku tidak sanggup melihatnya, aku takut kehilangannya. Dengan tangisku, Akupun langsung mengecup bibir pacarku itu dengan perasaan yang benar-benar mendalam.
Namun aku tiba-tiba saja sudah diruang ICU, tergeletak diatas kasur, tubuh ku penuh dengan balutan perban. Entah siapa yang menolong kami waktu itu, aku tidak tahu, mungkin aku pingsan saat itu. namun itu tidak kuhiraukan, aku pun langsung mencari pacarku,

“ Arrel mana, Arrel mana Ma ? ” ucapku tertatih tatih kepada Mama yang sudah ada disampingku.
“ sudahlah nak, jangan banyak bergerak dahulu, Arrel diruang UGD ”
“ Arrel baik-baik aja kan ma? Arrel masih bisa diselamatkan kan Ma ? ”
“ kita berdoa saja nak “
“ Adel, pengen liat Arrel ma, ayok kita kesana. Ayok antar kan Adel keruangan Arrel ” ajak ku merintih.
Mama pun menuruti kemauan ku, dengan kursi roda aku keruangan tempat Arrel, namun sewaktu masih di koridor rumah sakit, aku melihat seperti ada jenazah yang keluar dari ruang UGD. Suster yang mendorong kursi rodaku pun berhenti mendorong.

“ sus? Suster kenapa kok berhenti? Itu bukan Arrel kan ? bukan kan sus ? “
“ maaf dek, pasien yang masuk diruang UGD malam ini hanya Farrel Ahmad Faruq, tidak ada pasien yang lain ”
            Mendengar itu aku menunduk terdiam sejenak,
“ enggak, enggak mungkin sus. Ayok kita kesana “ ucapku.
“ baiklah dek “
Setelah tepat disamping jenazah itu, aku menoleh kebelakang terlebih dahulu, kulihat mama Arrel menangis dibahu Om Ari. Dan kembali melihat jenazah yang masih tertutup dengan kain putih itu. Perlahan ku buka,
“ Astaufirullah Arrel ” aku menangis. Ternyata benar, Arrel telah tiada.
Itulah detik-detik kepergian Arrel. Kini aku berharap Arrel tenang disana. Aku pun langsung menyirami tanah makam dan menabur kembang yang ku beli tadi.
“ Ya Allah, Ampunilah segala dosa dan kesalahan Arrel, limpahkanlah Rahmat dan kesejahteraan kepadanya, kasihanilah dan sayangilah Arrel. Lapangkan lah Arrel di sisi-Mu dengan Rahmatmu, Amin ” doa yang ku kirim kan juga untuk Almarhum pacarku.
Dan aku pun langsung menuju mobil untuk pulang kerumah kembali.(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com