Berawal dari cinta, cinta yang sudah ku jalani cukup lama dengan
Putra, Putra adalah pacar ku. Pacar yang begitu aku sayangi, dari semua
mantan mantan ku. Putra lah yang benar-benar tak bisa kulepas. Aku
begitu menyayanginya, ntah mengapa aku sebegini menyayanginya,
sepertinya cinta Putra sudah benar-benar memasuki kehidupanku.
Semakin
renggang hubungan ku dengan Putra, rasa sayang ini semakin ada. Ntahla
mengapa, aku begitu kuat menjalaninya, walaupun terkadang aku ngebatin
terus menerus, hal yang terlalu sakit untuk kujalani, tapi dengan rasa
sayang ku yang begitu besar aku selalu bilang ke Putra, kalau aku kuat
dengan keadaan yang seperti ini.
aku yakin, Putra juga
sangat menyayangiku. Alasan nya, hmmm alasannya rasa percaya aku ke dia
selalu ada. Itulah yang membuat ku selalu yakin kalau Putra juga
menyayangiku.
~
Aku rindu, aku sangat merindukan
hari hariku bersamanya, yang waktu dahulu tak ada sedikit pun, tak ada
setetes airmata duka yang jatuh dari bola mataku. Kesenangan yang Putra
beri dahulu hingga sekarang semakin pudar, ya semakin pudar. Aku sangat
merasakan itu, jujur saja aku sangat butuh perhatian darinya, kasih
sayang darinya namun sekarang hal itu sangat jarang kudapatkan dari
sosok Putra, tapi aku selalu kuat dengan semua itu. Aku selalu sabar
menanti datangnya hari hari yang dahulu, yang dahulunya selalu memberi
kesenangan disetiap detik ku. Tapi aku selalu berfikir positif
dengan apa yang ku alami saat ini, ini cobaan untuk hubungan ku dengan nya, dan pasti ada hikmahnya dikemudian hari.
Cobaan
terus datang, tapi sebenarnya ini bukan cobaan, ini adalah hal yang
membuat ku tersenyum kembali, sesuatu yang membuat bolamataku berhenti
mengeluarkan airmata. Tapi tetap saja aku menyebutnya dengan cobaan.
Berawal
dari jejaringan social, Sosok lelaki yang tiba tiba saja datang
dikehidupan ku, sebut saja Yuda. Aku tau dia, tapi aku tak terlalu
mengenalnya. Yuda datang dengan baik-baik, aku pun menyambutnya dengan
baik-baik, tapi bisa dibilang tidak terlalu baiklah, aku tak terlalu
meresponnya. Sudah berulang kali aku tak terlalu menghiraukannya namun
Yuda tetap saja ngeh buat dekat dengan ku, dari dia menyuruh ku makan,
solat, lama-lama aku jadi terbawa dengan keadaan itu, perhatian yang
selalu Putra beri dahulu, namun kini Yuda lah yang memberinya. Aku pun
agak merespon nya, tapi tetap saja dihatinya aku Cuma Putra seorang, tak
ada yang lain, walaupun keadaan nya melebihi Putra, hati ini tetep
mentok ke Putra. Hasutan dari luar mulai datang, hasutan yang menyuruh
ku untuk bersama Yuda, tapi aku tidak mau, rasa sayang ini selalu untuk
Putra tidak untuk yang lain. Namun aku tetap menghargai Yuda.
~
semakin
hari, aku semakin merasakan cobaan yang berlarut datang dikehidupanku.
Sosok Putra seakan-akan sudah hilang dikehidupan ku, padahal aku sangat
membutuhkannya. Namun disaat aku seperti ini, Tuhan mengirim kan sosok
Yuda untuk menggantikan Putra. Tapi tetap saja apa yang Yuda beri tak
sesenang dengan apa yang Putra beri. Aku sangat merindukan perhatian
dari Putra, aku selalu saja merenung didalam kamar ku, menangis dan
terus menangis karena raga ini benar benar merindukan sosok Putra, aku
pun terlelap dalam tidur ku, saat itu aku bermimpi, kepala Putra penuh
dengan darah, didalam mimpi itu Putra tampak diam di atas kasur. Aku pun
langsung menujunya, tapi sayang aku terbangun dari mimpi itu, aku takut
langsung meremas selimutku. Aku pun menangis ditengah malam, apa arti
mimpi itu, aku sangat takut. Aku tak ingin ia kenapa-kenapa. Aku pun
langsung kekamar mandi untuk mengambil air wudhu, dan aku pun langsung
solat malam.
“ Ya Allah, semoga mimpi tadi hanya bunga tidurku. Jaga Putra Ya Allah, Nita takut Putra kenapa-kenapa “ sujudku .
setelah
itu akupun berbaring lagi, ku tatap langit kamarku, aku menangis lagi.
Malam itu aku benar-benar gelisah. Tapi tak lama kemudian aku pun
tertidur, dan terbangun lagi disaat adzan subuh berkumandang. Ku ambil
ponselku,
“ jangan lupa subuhan ya sayang, ntar kesekolahnya hati-hati ya “ messages yang ku kirim ke Putra.
dan akupun langsung solat subuh ke Masjid yang tak jauh dari rumahku.
mimpi
ku ternyata ada artinya, namun aku mengetahuinya setelah seminggu dari
mimpi malam itu, Putra kecelakaan, tangan nya luka. Walaupun tak begitu
parah, tetap saja aku khawatir akan dirinya, dan aku agak kecewa, Putra
tak mengabariku jika ia kecelakaan, dan baru mengabarinya setelah aku
dan dia bertemu. Tapi yasudahlah mungkin Putra tak ingin aku khawatir.
~
Pagi
yang cerah, akupun pergi kesekolah cukup semangat hari ini. Duduk di
atas angkot, menikmati suasana pagi dari bebalik kaca hitam mobil, ku
lihat lalu lalang sedari tadi diperjalanan menuju sekolah, bola mataku
tertuju pada kedua sijoli, tepat disamping angkot yang kunaiki,
pikiranku pun terlempar lagi dimasa masa saat aku bersama Putra, disaat
aku dan dia duduk di atas motor dan berbagai lelucon yang kami lakukan,
yang sekarangnya begitu jarang kami lakukan.
“ Ya Allah berilah
petunjukmu, Nita udah nyoba sabar. Nita udah nyoba kuat. Hikmah yang
Nita tunggu-tunggu tak kunjung datang, raga dan batin ini sudah banyak
bersabar. Semakin banyak pikiran Nita, semakin terasa sakit yang Nita
derita Ya Allah, Nita pengen kayak dulu lagi, Putra yang selalu ngasi
semangat buat sekolah Nita, kesembuhan Nita, Nita gak kuat Ya Allah. Apa
mungkin, Nita harus pergi buat selamanya, barulah Putra merindukan Nita
seperti Nita yang selalu merindukan dirinya, kalau memang iya, yasudah
ambil saja Nita “ tangis batinku.
taklama kemudian akupun
sampai disekolah, hari ini pengambilan nilai tarik suara. Jam
pengambilan nilaipun tiba. Setelah beberapa teman ku selesai mengambil
nilai, kini giliranku. Aku membawakan lagu Shimfoni hitam dengan iringan
keybord. Aku sangat mengkhayati lagu yang ku bawa itu, ku lantun kan
lagu itu di depan kelas, tanpa disadari aku bernyanyi hingga meteskan
air mata. Inilah yang dinamakan cobaan yang selalu ada hikmahnya, aku
galau saat itu dan lirik lagu itu adalah curahan hatiku, makanya aku
bisa sampai menangis saat aku melantunkannya. Hikmahnya pun ku dapati,
nilai kesenian ku sangat memuaskan.
~
Hari-hariku
belum membaik, kerinduan aku terhadap Putra belum terobati. Sudah cukup
banyak yang menghibur ku, tapi tetap saja aku tak merasa terhibur, aku
sangat membutuhkan Putra.
Melihat kondisi ku yang semakin
memburuk, Ibu ku pun berniat untuk membawaku ku Jawa. Hingga harinya pun
tiba, aku pun pergi dengan berat hati. Karena bukan nya untuk berlibur
melainkan untuk operasi dan pindah sekolah , padahal aku ingin operasi
di sini saja, agar Putra dapat disampingku disaat operasi nanti. Namun
Ibu berkata lain, ia ingin aku operasi di Jawa, aku pun menurutinya.
Saat pulang ke kampung halaman, aku bilang ke Putra kalau aku liburan
agar dia tak mengkhawatirkan ku disaat hari operasiku nanti.
sampailah
aku dikampung halamanku, suasana perkampungan seperti pas sekali dengan
keadaan yang rada galau. Akupun turun ke sawah, duduk dipondok.
“
Maafin aku ya, aku udah bohong sama kamu, aku gak bilang yang
sebenarnya. Ya misalnya kalo ada apa-apa dengan ku, mungkin itu takdir “
ucapku sambil berayun dipondok tengah-tengah sawah.
sambil berayun aku memainkan ponselku,
“
ketika kematian ku datang, aku ingin kamu menggenggam erat jemariku
agar aku kuat untuk menghadapi kematian dan untuk berpisah dengan mu “
status yang ku update ke situs face book. Saat itu aku benar-benar
ngaur, pikiran ku melayang terlalu jauh, seakan-akan pirasat itu ada.
~
Seminggu
setelah itu, kabar buruk datang dari Nita. Nita telah tiada, ia
meninggal saat ia operasi tumor yang ada didadanya, saat operasi terjadi
pendarahan. Kondisinya sangat tidak stabil, Sehingga Nita tak dapat
diselamatkan lagi, sekilas cerita dari akhir kehidupan seorang gadis
berkerudung itu, kini hanya tampak pahatan nama nya di batu nisan yang
berdiri tegak di atas tanah lembab dan bertaburan bunga itu(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar