Sudah dua bulan kepergian Damar meninggalkan keluarga, sahabat, dan aku Melani Kusuma, mantan pacar Damar. Damar meninggal akibat kecelakaan saat ia pulang dari sekolah. Kepergiaannya membuat kami semua sangat terpukul, kami benar-benar sangat kehilangan Damar, sosok yang sangat periang, lucu, juga konyol di mataku.
Tingkahnya yang terkesan bodoh masih teringat di benakku. Saat salat tarawih dia berdiri disyaf belakang, tepatnya di sebelahku dengan memakai mukenah dan dengan muka tak berdosa dia berkata “Yang Kusyuk ya Manis” hal konyol itu masih aku ingat sampai sekarang, dia menyuruhkusalat dengan kusyuk tapi dengan cara yang bodoh, jelas aku langsung tertawa saat itu, danberkata “jelek banget luu” namun Damar hanya nyengir dan memundurkan langkah kakinya, karena
semua mata tertuju padanya.
Aku mengenal Damar dari masjid dekat rumahku, aku dan Damar saat itu adalah anggota remajamasjid, aku termasuk Rimas baru disana. Damarlah orang yang selalu mengajakku berbincang-bincang, ya walaupun dia sok dekat sama aku, aku tetap nyaman-nyaman saja kalo sudah gabung dengan dia, soalnya Damar itu lucu, apalagi sikap konyolnya itu, Mantap!
Waktu itu bulan Ramadan, setiap malam aku dan Damar selalu tarawih bareng-bareng, dan berkumpul bareng dengan rimas lainnya. Malam itulah Damar menyatakan perasaannya ke aku, aku senang, aku juga suka dengannya, aku jatuh cinta dengan kekonyolanya itu, tapi bagaimana dengan pacarku Pandu Permana?? Saat itu aku benar-benar sangat dilema dan aku pun memaksakan kehendak untuk menduakan Pandu. Karena aku tak dapat membohongi perasaan aku pada Damar.
Damar sosok yang benar-benar membuat aku semangat. Saat ustaz lagi ceramah, aku sering ditraktir makan sate oleh Damar. Senangnya. Namun terkadang aku ingat Pandu, pacarku, “maafinaku ya sayang, Damar dan kamu kini ada di hatiku, maaf aku udah ngeduain kamu."
(Dua bulan kemudian)
Sore itu aku duduk di depan rumah, namun tiba-tiba saja, ponselku berbunyi, ada yang menelponku. Belum sempat aku ucapkan salam, dia sudah langsung ngomong “ini ceweknya Damar ya?” Aku pun menjawab “iya, nih siapa?” “ini ceweknya Damar juga, kita diselingkuhin,” kata cewek di seberang telepon. “Ha? Kita? Kamu atau aku yang diselingkuhin?” cetusku.
“Lo, lo yang diduain sama dia,” katanya begitu. “Owh,aku, hahaha sama dong aku dengan dia, sama-sama ngeduain,” kata ku sambil menyantap kerupuk Pak De. Namun tiba-tiba, tutt-tuttt. Ponselku mati.
Malamnya aku pun langsung putusin Damar tanpa basa-basi lagi. Namun Damar tak mau, dia janji bakalan mutusin pacarnya dan serius dengan aku. Tapi aku udah ogah-ogahan sama Damar. Kami pun akhirnya kembali dengar pacar kami masing-masing. Aku sering tersenyum sendiri kalau ingat itu. Kejadian itu hal yang juga tak akan aku lupain dengan, Damar, yang kini tiada.
Saat ia meninggal, aku tak sempat melihat dan mengantarkan jasadnya ke pemakaman, karena malam itu aku tak berada di rumah. Sebenarnya, sore itu aku sudah mendapat kabar di komplek tempat tinggalku ada yang meninggal. Kabar itu aku dapat dari ibuku. Namun ibuku tak terlalu jelas mendengar dengan nama orang yang meninggal dan aku langsung pergi dengan motor matic ke rumah sakit bersama kakak untuk menjenguk kakek yang sedang terbaring di rumah sakit.
Saat di perjalanan, tiba-tiba saja Iben, temanku SMS. “Mel, Damar meninggal, lu di mana, ayo kita melayat.” Aku pun kaget, ternyata yang meninggal Damar. Aku terhenyak dalam lajunya motor dan menangis di bahu kakakku.
Aku ingin melihat jasadnya. Jasad Damar untuk terakhir kalinya. Namun keadaan tak memungkinkan. “Maafin aku Damar, mungkin hari ini aku nggak bisa antarin kamu, tapi besok aku bakalan datang ke makammu,'' batinku.
Esoknya, seperti janjiku semalam, setelah dapat alamat makamnya, akupun segera ke makam Damar. Tampak tertulis di papan nisan “Dwi Cryl Damar Bin Widjanarko”. Tanah yang masih tampak lembab dan bunga yang bertaburan di atas makamnya.
Aku duduk di samping makam Damar dan termenung hingga menangis sendiri. Kemudian terhentak kaget saat penjaga makam menyentuh pundakku dan berkata “dek udah mau hujan.”
“Oh iya iya pak, makasih udah ngingetin,” kata ku. Bapak itu hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya ke pondok kecil untuk berteduh.
Sebelum pulang, aku pun memayungi makamnya dengan payung hitam yang telah aku siapkan tadi sebelum pergi menuju makam. Dan aku pun pulang karena rintik-rintik hujan mulai membasahiku.
Sebelum kembali menuju rumah, aku singgah sebentar ke warnet Recall untuk mencari tugas sekolahku. Tiba-tiba terlintas dalam ingatanku saat melihat ruang nomor 5 tepat di depanku.
Tempat yang biasa Damar duduki dan ia selalu menggoda aku seperti ini, “Manis, buat relation yuk di Facebook! Dwi Cryl Damar relationship with Melani Kusuma.”
Aku hanya berkata “gila, gila? Sambil tertawa dan melemparkan sebutir kacang ke arah ruangannya. Namun itu semua tinggal kenangan aja. Ruang itu sekarang telah ditempatii anak yang memakai seragam merah putih, “Apakah ia pengganti Damar?” Oh jelas tidak. Anak kecil kalem, sangat beda dengan Damar yang sangat konyol,” kataku di dalam hati.
Damar, kami semua telah mengikhlaskan kamu. Semua kenangan bersamamu tak akan pernah kami lupakan. Tidurlah yang lelap, mimpi yang indah dan selamat jalan Dwi Cryl Damar!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar