Halaman

Selasa, 24 April 2012

Kecupan Pertama dan Terakhir

Tak pernah terbayangkan oleh ku, hubungan yang baru saja beberapa bulan ku jalani dengan pacar ku berakhir karena kepergian nya beberapa bulan yang lalu.
            Farrel Ahmad Faruq, ia adalah pacarku yang kini telah tiada, kebersamaan kami hanya setengah tahun, walaupun singkat. Kebersamaan dengan nya sangatlah berharga bagiku. Kasih sayang darinya begitu memasuki dikehidupan ku, batin dan raga ini sungguh sulit menerima kepergiannya. Aku, keluarga ku, teman-teman, dan keluarganya begitu menyayangi Arrel. Namun Allah Swt lebih menyayangi Arrel, maka dari itu Arrel dipanggil secepat ini.
            Detik berganti menit, menit berganti jam, siang berganti malam, hingga dua bulan berlalu. Bola mata ku masih saja menangisi Arrel, sosok yang selalu memberi ku semangat dalam hal apapun yang bersifat positif, sosok yang selalu membuat ku tertawa, sosok yang selalu menasehati ku, aku sangat merindukan nya, aku rindu dipeluk nya. Sungguh batin dan raga ini sangat membutuhkan sosok itu.
            Terlintas saat Arrel pernah berkata kepada ku, yang saat itu Alm. Sena sepupu dari ku meninggal dunia, saat itu aku juga merasa kehilangan Sena dan aku menangis saat pemakam Sena, Arrel lah orang yang menenangkan ku,
“ Udah jangan nangis terus nggk baik loh, kita harus iklas dengan kepergian orang yang kita sayangi, nah sekarang hapus air matanya, kirim doa buat Sena. Adel sayang kan sama Sena ”
Aku sangat ingat saat Arrel mencoba menenangkan ku, dari kata-kata itu aku pun berusaha untuk tidak berlarut sedih karena orang yang aku sayangi sudah tiada lagi.

            Aku mencoba sibuk diluar sekolah, mengikuti kegiatan apa saja yang bersifat positif. Dengan kesibukan seperti ini, aku menjadi tidak terlalu larut dengan keadaan ku seperti  yang kemarin. Dan aku juga yakin, Arrel disana pun tenang jika aku tidak larut dalam kesedihan lagi. Aku cukup semangat saat mengikuti kegiatan Tataboga ini, yang memang dari dahulunya aku suka memasak, dari sini aku cukup banyak menerima ilmu. Kesedihan ku terkadang datang dengan tiba-tiba, saat teringat waktu aku dan Arrel membuat Nutrigell, Aku dan Almarhum pacarku sangat suka dengan Nutrigell, walaupun tidak seberapa, kalau membuatnya dan makannya bersama Arrel, itu moment yang indah bagiku.
“ Seandainya saja kamu  masih ada sayang, aku bakal buatin Nutrigell yang paling enak buat kamu, aku bakal nyuapin kamu tanpa kamu suruh-suruh lagi, aku kangen :’( “ batin ku.

Kondisiku down, aku sempat dirawat dirumah sakit, saat itu aku berharap, aku ingin sakit dan sakit agar kematian datang juga kepada ku, namun harapan buruk ku itu tidak terjadi.
“ Ya Allah, sampai kapan Adel seperti ini, Adel tak ingin berlarut dalam keadaan sedih seperti ini terus menerus, jujur Adel sangat membutuhkan kehadiran Arrel. Tapi Arrel udah enggak ada. Jadi tolong, Adel hanya ingin mengiklaskan kepergian Arrel. Agar Adel tidak terus-menerus seperti ini. Beri Adel kekuatan Ya Allah ” batin ku saat aku terkulai lemah di atas kasur dengan selang infuse yang terpasang dilengan ku.
            Seminggu kemudian, aku pun dapat pulang kerumah kembali, kondisiku cukup membaik. Setelah beberapa hari aku istirahat dirumah, dan kondisi ku pun semakin membaik. Aku berniat untuk berziarah kemakam Arrel, Supir ku pun bersedia mengantarkan ku, sebelum itu aku membeli satu botol Aqua dan juga kembang terlebih dahulu di persimpangan makam. Dan kemudian langsung menuju makam Arrel. Kutatapi batu nisan itu, ku sentuh tanah makam itu. Sungguh batin ini menangis kembali, aku pun terlontar saat detik-detik terakhir kepergian Arrel, yang saat itu aku pergi bersamanya, ntah mengapa hari itu bukanlah hari libur. Namun Arrel mengajak ku nonton setelah pulang dari sekolah. Aku pun menerima ajakan nya, saat itu tidak ada tanda-tanda atau pirasat apapun. Yang kami rasakan berdua hanyalah kesenangan hingga malam hari pun tiba, kami pun pulang namun sebelum itu aku dan Arrel mampir ke Masjid yang berada diseberang jalan, aku dan Arrel pun shalat isya disana. Setelah shalat, kami melanjutkan perjalanan pulang kembali. Diperjalanan pulang aku terhenyak memeluk Arrel karena angin malam yang begitu dingin, kusenderkan wajah ku dibahunya. Namun entah mengapa tiba-tiba seperti ada angin yang lewat dan suara yang keras. Dan saat itu aku merasa tercampak, aku mencoba membuka mataku, tetapi sulit. Beberapa menit kemudian, aku merasakan sakit dari tubuh ku, dan melihat baju seragam ku sudah penuh dengan darah, namun aku masih kuat saat itu, yang aku fikirkan. Dimana Arrel, Arrel dimana. Aku pun mencoba bangun dan mencoba sekuat tenaga untuk menemukan Arrel. Aku pun melihatnya, saat itu juga Arrel sudah terbaring ditengah jalan, tidak ada satu orang pun yang mau menolong kami, aku tertatih merangkak menuju sosok pacar ku yang sudah terbaring tidak bergerak, sedikit demi sedikit aku mendekatinya. Dan terjatuh di geletakan Arrel,
“ Ya Allah, Arreeeeeeeeel ”
Saat itu aku sangat tidak sanggup melihat keadaan Arrel, yang penuh dengan darah. Ku usap wajah pacar ku yang penuh dengan darah itu dengan kerudungku. Aku mencoba menyadarkan nya, aku tidak sanggup melihatnya, aku takut kehilangannya. Dengan tangisku, Akupun langsung mengecup bibir pacarku itu dengan perasaan yang benar-benar mendalam.
Namun aku tiba-tiba saja sudah diruang ICU, tergeletak diatas kasur, tubuh ku penuh dengan balutan perban. Entah siapa yang menolong kami waktu itu, aku tidak tahu, mungkin aku pingsan saat itu. namun itu tidak kuhiraukan, aku pun langsung mencari pacarku,

“ Arrel mana, Arrel mana Ma ? ” ucapku tertatih tatih kepada Mama yang sudah ada disampingku.
“ sudahlah nak, jangan banyak bergerak dahulu, Arrel diruang UGD ”
“ Arrel baik-baik aja kan ma? Arrel masih bisa diselamatkan kan Ma ? ”
“ kita berdoa saja nak “
“ Adel, pengen liat Arrel ma, ayok kita kesana. Ayok antar kan Adel keruangan Arrel ” ajak ku merintih.
Mama pun menuruti kemauan ku, dengan kursi roda aku keruangan tempat Arrel, namun sewaktu masih di koridor rumah sakit, aku melihat seperti ada jenazah yang keluar dari ruang UGD. Suster yang mendorong kursi rodaku pun berhenti mendorong.

“ sus? Suster kenapa kok berhenti? Itu bukan Arrel kan ? bukan kan sus ? “
“ maaf dek, pasien yang masuk diruang UGD malam ini hanya Farrel Ahmad Faruq, tidak ada pasien yang lain ”
            Mendengar itu aku menunduk terdiam sejenak,
“ enggak, enggak mungkin sus. Ayok kita kesana “ ucapku.
“ baiklah dek “
Setelah tepat disamping jenazah itu, aku menoleh kebelakang terlebih dahulu, kulihat mama Arrel menangis dibahu Om Ari. Dan kembali melihat jenazah yang masih tertutup dengan kain putih itu. Perlahan ku buka,
“ Astaufirullah Arrel ” aku menangis. Ternyata benar, Arrel telah tiada.
Itulah detik-detik kepergian Arrel. Kini aku berharap Arrel tenang disana. Aku pun langsung menyirami tanah makam dan menabur kembang yang ku beli tadi.
“ Ya Allah, Ampunilah segala dosa dan kesalahan Arrel, limpahkanlah Rahmat dan kesejahteraan kepadanya, kasihanilah dan sayangilah Arrel. Lapangkan lah Arrel di sisi-Mu dengan Rahmatmu, Amin ” doa yang ku kirim kan juga untuk Almarhum pacarku.
Dan aku pun langsung menuju mobil untuk pulang kerumah kembali.(***)

Minggu, 08 April 2012

Jika kamu masa depanku


Aku Avi, sekarang aku telah kuliah di Universita Gajah Mada, aku lulusan dari SMA Negeri Satu. Meneruskan sekolah ke Yogyakarta karena kemauan ku sendiri. Di Yogya aku tinggal di sebuah bangunan yang tak begitu besar, di sini aku kuliah dan membuka usaha kecil yaitu warnet ditempat aku tinggal, hasilnya lumayan.
Sudah hampir tiga tahun aku tak pulang ke kota kelahiran ku di Batam, Aku begitu merindukan teman-teman lama ku, sudah tiga tahun belakangan ini juga aku belum sempat berziarah ke makam kedua orang tua ku karena jarak antar Yogya dan Batam yang jauh. Aku pun berniat untuk menabung agar Idul Fitri tahun ini aku dapat pulang ke Batam.
Enam bulan kemudian, akupun dapat kembali pulang ke Batam. Sebelum kembali ke Batam, aku membeli oleh-oleh terlebih dahulu untuk Sepupu, keponakan, teman-temanku, dan juga Reys mantan kekasih ku saat SMA yang sampai saat ini belum dapat aku lupakan.
Sesampainya aku di Batam, aku kerumah Paman Mike untuk menginap selama sebulan. Paman Mike sangat baik, setelah kepergian Papa dan Mama ku Paman Mike lah yang membiayakan sekolah dan kuliah ku. Dia sudah menganggapku seperti anak nya sendiri.
Sehari di Batam, esoknya aku langsung berziarah ke makam orang tua ku. Papa dan Mama meninggal saat aku masih berumur enam tahun, saat itu sepulangnya mereka dari tempat bekerja mereka kecelakaan. Aku sangat syok saat itu, melihat kondisi mereka yang tak berdaya dan berakhir di kematian. Aku ke makam tidak sendiri, Reys yang menemaniku berziarah. Setelah berziarah aku dan Reys pun berkeliling Batam, tempat yang dahulu nya sering ku kunjungi bersama Reys kini sudah berubah total, Reys pun mengajak ku ke tempat-tempat yang sebelum nya tidak ada di Batam. Bercanda tertawa dan saling berbagi cerita bersama Reys hal yang sangat aku rindukan saat aku berada di Yogya. Namun setelah sekian lama nya hal yang aku rindukan ini kembali datang menghampiriku, tetapi canda dan tawa berhenti sejenak saat Reys berkata kepadaku kalau dia sudah mempunyai kekasih saat ini. Aku cukup kecewa dan harapan untuk kembali sia-sia, namun sudahlah itu hak Reys. Karena sudah cukup banyak berbagi cerita aku pun mengantarkan Reys pulang kerumahnya, sebelum itu aku memberikan oleh-oleh yang ku beli sebelum aku kembali ke Batam. Reys tampak senang, karena Reys memang begitu menyukai lukisan.
Malamnya aku ngumpul dengan teman-teman lama ku di Angkringan Pak Ton, canda tawa, lelucon, ejekan dari teman-teman ku kembali lagi. Aku sangat terhibur dengan suasana yang sudah lama hilang dikehidupanku ini. Tawa ku kembali terhenti saat bola mata ini tertuju pada dua sosok lelaki dan perempuan, itu adalah Reys dan pacarnya. Sungguh raga dan batin ini tak sanggup melihatnya. Namun aku berusaha untuk tak menampakan rasa cemburu itu. Tetapi aku tak sanggup, aku pun pulang kerumah Pamanku. Sesampai dirumah aku langsung duduk di halaman atas, merenungi sosok Reys yang begitu sulit untuk ku lupakan. Kenangan saat itu, kebersamaan waktu itu, itu semua sulit bagi ku untuk melupakannya begitu saja. Sudah banyak sosok wanita yang masuk dikehidupanku namun aku tak bisa menyayangi mereka, aku hanya menyayangi Reys, aku butuh Reys sungguh aku butuh Reys. Batin ku.


Sebulan setelah liburan di Batam, akupun kembali ke Yogya. Aku fikir aku bakal membawa kebahagiaan dari Batam. Namun perkiraan ku salah, aku kembali lagi seperti saat dahulu, yang terlalu berharap untuk kembalinya Reys ke pelukan ku.
Setelah seminggu kembalinya aku di Yogya, aku pun kembali kuliah. Hari ini hari pertama memasuki semester empat, saat duduk diruangan kelasku tampak sosok wanita berkerudung merah, sepertinya dia mahasiswi baru di kelasku. Ntah mengapa sewaktu melihatnya hati ini tiba-tiba bergetar, namun aku tak terlalu menghiraukan itu, akupun langsung kembali memainkan laptop ku. Namun hati ini bergetar lagi saat wanita berkerudung itu lewat disampingku dan melemparkan senyuman manisnya kepadaku. Namun aku kembali mencoba tak terlalu menghiraukan hal yang baru saja terjadi dengan ku itu. Tapi sia-sia hal itu kembali lagi saat ia memperkenalkan dirinya, suaranya yang lembut membuat hati ini kembali bergetar. Tuhan apa ini cinta pada pandangan pertama, ahhh sudahlah ini pasti hanya sekedar perasaan hilang timbul, dia wanita baik aku tak mau menyakitinya.
Berminggu-minggu, berbulan-bulan sosok Annisa seperti menghantuiku, wanita berkerudung itu selalu hadir dimimpiku, sepertinya aku memang jatuh cinta dengannya. Namun aku belum berani nyatain cinta ku kepada Annisa, karena aku takut Annisa bakal menjauh dari ku. Tetapi jika suatu hari nanti aku berani nyatain cintaku kepada sosok wanita berkerudung itu, aku bakalan berjanji, Jika kamu masa depan ku aku bakal melupakan masa lalu ku.(***)

Dia Dimata Dunia


Aku Raisa, Aku dilahirkan kedunia tanpa dikarunia penglihatan dan aku juga ditelantarkan oleh Ayah dan Ibuku, ntah dimana mereka sekarang. Sungguh sulit keadaan ini untuk ku terima dan ku jalani, aku yang baru saja lahir yang pada saat itu, aku ingin merasakan pelukan hangat dari seorang Ibu dan Ayah, itu semua tak kudapatkan. Mungkin aku hanya bisa menangis dan  menangis ketika dinginnya malam menyapa kulit tipis ku, sehelai kain putihlah yang melindungi ku saat itu. Namun aku beruntung, ketika seorang bapak-bapak mau menolong ku dan mengasuhku hingga sekarang, mungkin batinnya tersentuh melihat keadaan ku yang saat itu begitu memprihatinkan. Ia adalah Pak Hadi, dahulu saat aku masih kecil sampai aku menginjak umurku ke lima tahun,  ia bekerja mengurusi pohon pinus tetangganya. Penghasilan yang tak begitu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun Pak Hadi selalu mencoba memenuhi kebutuhan ku. Dari makan, biaya sekolah, hingga penglihatan ku. Ya penglihatan, Pak Hadi mendonorkan kedua penglihatannya kepada ku, sebenarnya hal ini sangat bodoh. Namun semua sudah terjadi. Hari itu juga aku dapat melihat sosok Pak Hadi yang selama lima tahun mengurusi ku, yang selama lima tahun itu aku tak mengetahui bentuk wajahnya. Tetapi kini aku dapat melihatnya dengan penglihatannya dari dirinya yang ia beri untuk ku. Aku tak kuat dengan keadaan Pak Hadi yang seperti ini, aku tak tega melihatnya. Namun Pak Hadi selalu berkata kepada ku,
“ Jangan bersedih, bapak tidak apa-apa bapak baik-baik saja nak, lihatlah dunia sepuas puasnya gapailah cita-cita kamu, ini mata pemberian dari Allah Swt bukanlah dari bapak, bapak hanya sebagai perantara untuk Malaikat Kecil yang tak berdosa seperti kamu “
bagi ku Pak Hadi adalah Malaikat yang Tuhan kirimkan untuk ku sebagai pengganti orang tuaku yang kelak akan membimbingku. Aku bertekat akan menggapai cita-cita ku dan akan membalas kebaikan dari Pak Hadi.
            Pak Hadi memang sosok lelaki yang kuat, tanpa penglihatan ia masih mampu bekerja mengurusi Pohon Pinus tetangga nya. Karena sudah telaten, ia membuat aliran getah dibatang pohon, mengambil getah yang hendak disadap, memanjat pohon, memasang batok kelapa sebagai penampung getah. Semua ia lakukan dengan baik layak nya seperti saat ia masih bisa melihat. Hanya saja saat ia berangkat kerja yang terkadang ia harus menyeberang sungai untuk menyadap Pohon Pinus, yang misalnya pada saat itu hujan. Ia pun tak bisa bekerja karena itu sangat membahayakan dirinya.
            Aku semakin hari semakin besar, dan aku tak ingin terus-terusan menyusahkan Pak Hadi, aku pun membantu tetangga ku yang berjualan kue, dengan menjual kue-kue itu aku cukup membantu Pak Hadi, setelah menjual kue keliling desa, aku lanjut kepasar untuk membantu mengangkat belanjaan ibu-ibu, dari sini juga lumayan hasilnya. Setelah itu aku pergi kewarung makan untuk membantu mencuci piring, dari sini terkadang aku memperoleh nasi juga lauk dari pemilik warung makan. Nasi dan lauk inilah yang terkadang aku antarkan ketempat kerja nya Pak Hadi, aku senang dengan semua yang kulakukan walaupun lelah aku sangat niat melakukannya karena aku juga ingin menjadi seperti Pak Hadi, sosok pekerja keras. Hingga suatu saat yang Pak Hadi pesan kepadaku  disaat ia mendonorkan kedua penglihatannya, semua itu sekarang menjadi kenyataan. Dari usaha dan kerja keras ku, Aku berhasil menjadi penulis, tulisan ku diminati pembaca. Hasil dari sini aku hadiah kan semua ke Pak Hadi, walaupun aku baru saja bisa membahagiakan Pak Hadi dihari tuanya aku cukup puas. Namun terkadang aku masih saja teringat akan kedua orang tua ku, dimana mereka sekarang aku juga ingin berbagi kebahagiaan untuk Ayah dan Ibuku yang telah melahirkan ku kedunia dan juga menelantarkan ku dua puluh lima tahun lalu, jika memang tak bisa bertemu dengan mereka berdua, aku hanya bisa  mendoakan Ibu dan Ayah agar selalu sehat dan bahagia disana.
            Semakin hari semakin renta keadaan Pak Hadi yang kulihat, lututnya lemah aku selalu sabar membantunya untuk bangun,  seperti ia yang dahulunya ia lakukan kepadaku, selalu sabar melatihku untuk belajar  berjalan. Aku juga sungguh tak bosan disetiap waktu bercerita dengannya tentang pekerjaan ku sambil menyuapkan nya bubur kacang hijau kesukaannya yang ku buat sendiri.
Semua ini belum cukup dengan apa yang Pak Hadi beri kepadaku, semua pengorbanannya sungguh berharga dihidup ku.  Aku akan berusaha untuk membalas semuanya dan selalu berdoa untukmu Pak. aku ingin di hari tua mu ini bapak bahagia, walau hanya bisa terbaring lemah di atas kasur. Aku akan selalu memahami dan memiliki rasa kesabaran untuk merawat hingga detik terakhir mu. (***)

Rabu, 04 April 2012

Dosa Terindah dan Kekasih Terindahku

  Siang itu matahari begitu terik walau hanya dengan penglihatan, panas itu seakan terasa menyengat dikulit.
                Tampak sosok lelaki dari kejauhan, tepat berdiri di jendela lantai tiga sekolah, mengeluarkan kepalanya, merenung sambil memutar-mutarkan pulpen dijemarinya. Sosok itu bernama Andro Hadiandra Widjanarko, yang biasa dipanggil Andro. Hampir setiap jam istirahat atau jam pulang sekolah ia selalu saja hadir merenung di jendela itu, seakan-akan itu aktivitas yang wajib untuk ia lakukan, tanpa pernah absen. Padahal tak ada pemandangan yang istimewa dari balik jendela hitam bening itu. Hanya tampak rerumputan lusuh dan ilalang biasa. Namun bagi Andro, tempat itu adalah tempat yang nyaman untuk berkhayal, berhalusinasi atau menenangkan diri.
                Kali ini Andro berdiri dijendela hitam bening itu untuk merenung dan menggalaukan diri. Dengan ditemani angin sepoi yang sedari tadi berlalu lalang tak tampak oleh mata namun dapat dirasakan sejuknya dan ditemani juga dengan suara ilalang yang bergoyang pelan tertiup angin.
                Terlempar ke masa lalu, masa-masa yang begitu indah, masa-masa yang begitu banyak kenangan, yang begitu sulit untuk dilupakan, ia adalah Andini. Sosok wanita berambut panjang, berkulit hitam manis, dan berbadan tinggi semampai. Sungguh berparas indah dimata Andro.
                Dini adalah wanita yang pernah mengisi hari-harinya Andro, yang cukup banyak merubah Andro ke sifat yang lebih baik dikehidupan Andro, cukup lama hubungan And ro dan Dini berjalan, namun karena takdir sudah berkata lain, Dini pergi untuk selamanya karena kecelakaan yang menimpanya.
                Tepat di hari jadi mereka yang ke dua tahun. Saat itu bulan Ramadhan, sebelum berbuka puasa Andro dan Dini berkeliling untuk jalan-jalan sore dan mampir ke Pasar Ramadhan, mereka membeli makanan untuk bukaan puasa nanti. Setelah itu mereka pulang ke rumah Andro, sesampai rumah Dini langsung menyiapkan makanan dan minumannya. Bola mata Andro tertuju pada sosok Dini yang begitu ke Ibuan. Dini bisa menggantikan posisi Mamanya Andro yang sedang sibuk diluar kota. Dari Dinilah ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian layaknya seorang Ibu. Inilah salah satu hal yang sangat ia sukai dari Dini. Beduk berbunyi, Andro dan Dini pun berbuka puasa bersama. Dimulai dengan membaca doa berbuka puasa, menyeduh teh hangat, juga buah kurma sebagai pembukanya. Setelah itu mereka solat magrib berjamaah di rumah. Andro sangat senang, ini hal kedua yang membuatnya sangat mencintai Dini karena saat dahulu ia sangat jarang mengerjakan solat namun sekarang Andro berubah, ia cukup rajin untuk beribadah, ini semua karena Dini, Dinilah yang selalu mengingatkan dan melatih Andro untuk beribadah. Setelah selesai mereka pun melanjutkan makan nasi, walau dengan lauk pauk sederhana tapi karena dengan adanya kebersamaan makanan itu begitu lahap masuk ke dalam perut yang kosong. Makan pun selesai, Andro dan Dini duduk di ayunan halaman depan rumah.

“ Sayang, Aku kangen Mama loh “ ucap Andro.
Dini tersenyum dan memegang  jemari Andro, “ sabar “ satu kata yang terlempar dari bibir mungil Dini.
“ hmm Mama sibuk banget, sampei lupa sama anaknya. Aku kangen dinyanyiin sama Mama, waktu kecil sering noh aku dinyanyiin malaikat kecil ku sama Mama. Lah sekarang, boro boro nyanyi. Ngigetin aku makan aja kagak pernah. Coba aja Papa masih ada, pasti Mama gak sesibuk ini “
“ Ya ampun, yauda kita telpon Mama yah ? “
“ ahh percuma yang, Mama sibuk terus “
“ yaudah aku aja deh yang nyanyi ya “
Andro tersenyum senang mendengar itu, Dini pun bernyanyi dengan suaranya yang lembut itu, Andro pun ikut bernyanyi, mereka berayun sambil bernyanyi berdua.
                Tak lama kemudian, Adzan isya berkumandang.  Andre dan Dini pun stop bernyanyi juga berayun, langsung menuju Masjid yang tak jauh dari rumah untuk tarawihan. Ini juga hal yang sangat luar biasa bagi Andro kepada dirinya sendiri, sebelum mengenal Dini, Andro tak pernah Tarawihan di setiap bulan Ramadhan, salah satunya karena Andro kurang perhatian dari orang tuanya. Namun sekarang ia mau tarawihan, semua ini tidak lain karena Dini.
                Setelah beberapa jam, tarawihan pun selesai. Dini pun langsung meminta antar pulang kerumahnya, namun karena ada kejutan buat Dini, Andro pun mengajaknya kembali ke rumahnya. Sampai dirumah Andro, Andro langsung masuk kerumah berpura-pura untuk mengambil switter, namun saat Andro keluar, Andro membawa BlackForest yang diatasnya berdiri angka 2. Ini cake sebagai tanda dua tahun hubungan Andro dan Dini, Dini tampak senang akan kejutan dari pacarnya itu, mereka pun meniup lilin dan berdoa buat hubungan mereka, setelah itu mereka saling colek mencolek cream cake dari muka ke muka, raut senang yang tergambar di kedua sijoli itu, Andro dan Dini.
                Selesai dari itu, Andro pun mengantarkan Dini pulang, diperjalanan pulang ini lah kecelakaan menimpa Andro dan Dini. Namun Andro selamat, hingga skarang Andro selalu merasa bersalah kalau ia sendirilah penyebab dari kematian pacarnya itu. Dan hari itu adalah hari terakhir bahagianya Andro dan Dini, juga hari yang penuh dengan penyesalan.
                Sampai saat ini Andro tak dapat melupakan Dini, meskipun sudah beberapa perempuan yang hadir dikehidupannya, tetap Dinilah yang ia sayang. Sosok wanita yang bisa merubah hidupnya. Penyesalan yang juga tak kunjung hilang saat dosa terindah itu menghampiri Andro dan Dini. Andro sangat menyesal telah berbuat hal yang tak seharusnya ia lakukan kepada wanita baik seperti Dini, namun karena saling cinta hal itu pun terjadi.
                Andro selalu menjadi yang terbaik, setia, dan ingin menjadi lelaki yang bertanggung jawab. Namun takdir  membawa pergi Dini, bagi Andro Dini adalah dosa terindah sekaligus kekasih terindahnya yang telah pergi untuk selamanya. Dan Andro selalu berdoa, agar Dini mendapatkan tempat yang indah disana, biarlah Andro yang menanggung dosa terindah itu. (*)

Aku

Berawal dari cinta, cinta yang sudah ku jalani cukup lama dengan Putra, Putra adalah pacar ku. Pacar yang begitu aku sayangi, dari semua mantan mantan ku. Putra lah yang benar-benar tak bisa kulepas. Aku begitu menyayanginya, ntah mengapa aku sebegini menyayanginya, sepertinya cinta Putra sudah benar-benar memasuki kehidupanku.
Semakin renggang hubungan ku dengan Putra, rasa sayang ini semakin ada. Ntahla mengapa, aku begitu kuat menjalaninya, walaupun terkadang aku ngebatin terus menerus, hal yang terlalu sakit untuk  kujalani, tapi dengan rasa sayang ku yang begitu besar  aku selalu bilang ke Putra, kalau aku kuat dengan keadaan yang seperti ini.

aku yakin, Putra juga sangat menyayangiku. Alasan nya, hmmm alasannya rasa percaya aku ke dia selalu ada. Itulah yang membuat ku selalu yakin kalau Putra juga menyayangiku.
~

Aku rindu, aku sangat merindukan hari hariku bersamanya, yang waktu dahulu tak ada sedikit pun, tak ada setetes airmata duka yang jatuh dari bola mataku. Kesenangan yang Putra beri dahulu hingga sekarang semakin pudar, ya semakin pudar. Aku sangat merasakan itu, jujur saja aku sangat butuh perhatian darinya, kasih sayang darinya namun sekarang hal itu sangat jarang kudapatkan dari sosok Putra, tapi aku selalu kuat dengan semua itu. Aku selalu sabar menanti datangnya hari hari yang dahulu, yang dahulunya selalu memberi kesenangan disetiap detik ku. Tapi aku selalu berfikir positif
dengan apa yang ku alami saat ini, ini cobaan untuk hubungan ku dengan nya, dan pasti ada hikmahnya dikemudian hari.

Cobaan terus datang, tapi sebenarnya ini bukan cobaan, ini adalah hal yang membuat ku tersenyum kembali, sesuatu yang membuat bolamataku berhenti mengeluarkan airmata. Tapi tetap saja aku menyebutnya dengan cobaan.
Berawal dari jejaringan social, Sosok lelaki yang tiba tiba saja datang dikehidupan ku, sebut saja Yuda. Aku tau dia, tapi aku tak terlalu mengenalnya. Yuda datang dengan baik-baik, aku pun menyambutnya dengan baik-baik, tapi bisa dibilang tidak terlalu baiklah, aku tak terlalu meresponnya. Sudah berulang kali aku tak terlalu menghiraukannya namun Yuda tetap saja ngeh buat dekat dengan ku, dari dia menyuruh ku makan, solat, lama-lama aku jadi terbawa dengan keadaan itu, perhatian yang selalu Putra beri dahulu, namun kini Yuda lah yang memberinya. Aku pun agak merespon nya, tapi tetap saja dihatinya aku Cuma Putra seorang, tak ada yang lain, walaupun keadaan nya melebihi  Putra, hati ini tetep mentok ke Putra. Hasutan dari luar mulai datang, hasutan yang menyuruh ku untuk bersama Yuda, tapi aku tidak mau, rasa sayang ini selalu untuk Putra tidak untuk yang lain. Namun aku tetap menghargai Yuda.

~
semakin hari, aku semakin merasakan cobaan yang berlarut datang dikehidupanku. Sosok Putra seakan-akan sudah hilang dikehidupan ku, padahal aku sangat membutuhkannya. Namun disaat aku seperti ini, Tuhan mengirim kan sosok Yuda untuk menggantikan Putra. Tapi tetap saja apa yang Yuda beri tak sesenang dengan apa yang Putra beri. Aku sangat merindukan perhatian dari Putra, aku selalu saja merenung didalam kamar ku, menangis dan terus menangis karena raga ini benar benar merindukan sosok Putra,  aku pun terlelap dalam tidur ku, saat itu aku bermimpi, kepala Putra penuh dengan darah, didalam mimpi itu Putra tampak diam di atas kasur. Aku pun langsung menujunya, tapi sayang aku terbangun dari mimpi itu, aku takut langsung meremas selimutku. Aku pun menangis ditengah malam, apa arti mimpi itu, aku sangat takut. Aku tak ingin ia kenapa-kenapa. Aku pun langsung kekamar mandi untuk mengambil air wudhu, dan aku pun langsung solat malam.

“ Ya Allah, semoga mimpi tadi hanya bunga tidurku. Jaga Putra Ya Allah, Nita takut Putra kenapa-kenapa “ sujudku .

setelah itu akupun berbaring lagi, ku tatap langit kamarku, aku menangis lagi. Malam itu aku benar-benar gelisah. Tapi tak lama kemudian aku pun tertidur, dan terbangun lagi disaat adzan  subuh berkumandang. Ku ambil ponselku,

“ jangan lupa subuhan ya sayang, ntar kesekolahnya hati-hati ya “ messages yang ku kirim ke Putra.

dan akupun langsung solat subuh ke Masjid yang tak jauh dari rumahku.
mimpi ku ternyata ada artinya, namun aku mengetahuinya setelah seminggu dari mimpi malam itu, Putra kecelakaan, tangan nya luka. Walaupun tak begitu parah, tetap saja aku khawatir akan dirinya, dan aku agak kecewa, Putra tak mengabariku jika ia kecelakaan, dan baru mengabarinya setelah aku dan dia bertemu. Tapi yasudahlah mungkin Putra tak ingin aku khawatir.

~
Pagi yang cerah, akupun pergi kesekolah cukup semangat hari ini. Duduk di atas angkot, menikmati suasana pagi dari bebalik kaca hitam mobil, ku lihat lalu lalang sedari tadi diperjalanan menuju sekolah, bola mataku tertuju pada kedua sijoli, tepat disamping angkot yang kunaiki, pikiranku pun terlempar lagi dimasa masa saat aku bersama Putra, disaat aku dan dia duduk di atas motor dan berbagai lelucon yang kami lakukan, yang sekarangnya begitu jarang kami lakukan.
“ Ya Allah berilah petunjukmu, Nita udah nyoba sabar. Nita udah nyoba kuat. Hikmah yang Nita tunggu-tunggu tak kunjung datang, raga dan batin ini sudah banyak bersabar. Semakin banyak pikiran Nita, semakin terasa sakit yang Nita derita Ya Allah, Nita pengen kayak dulu lagi, Putra yang selalu ngasi semangat buat sekolah Nita, kesembuhan Nita, Nita gak kuat Ya Allah. Apa mungkin, Nita harus pergi buat selamanya, barulah Putra merindukan Nita seperti Nita yang selalu merindukan dirinya, kalau memang iya, yasudah ambil saja Nita “ tangis batinku.

taklama kemudian akupun sampai disekolah, hari ini pengambilan nilai tarik suara. Jam pengambilan nilaipun tiba. Setelah beberapa teman ku selesai mengambil nilai, kini giliranku. Aku membawakan lagu Shimfoni hitam dengan iringan keybord. Aku sangat mengkhayati lagu yang ku bawa itu, ku lantun kan lagu itu di depan kelas, tanpa disadari aku bernyanyi hingga meteskan air mata. Inilah yang dinamakan cobaan yang selalu ada hikmahnya, aku galau saat itu dan lirik lagu itu adalah curahan hatiku, makanya aku bisa sampai menangis saat aku melantunkannya. Hikmahnya pun ku dapati, nilai kesenian ku sangat memuaskan.

~
Hari-hariku belum membaik, kerinduan aku terhadap Putra belum terobati. Sudah cukup banyak yang menghibur ku, tapi tetap saja aku tak merasa terhibur, aku sangat membutuhkan Putra.
Melihat kondisi ku yang semakin memburuk, Ibu ku pun berniat untuk membawaku ku Jawa. Hingga harinya pun tiba, aku pun pergi dengan berat hati. Karena bukan nya untuk berlibur melainkan untuk operasi dan pindah sekolah , padahal aku ingin operasi di sini saja, agar Putra dapat disampingku disaat operasi nanti.  Namun Ibu berkata lain, ia ingin aku operasi di Jawa, aku pun menurutinya. Saat  pulang ke kampung halaman, aku bilang ke Putra kalau aku liburan agar dia tak mengkhawatirkan ku disaat hari operasiku nanti.

sampailah aku dikampung halamanku, suasana perkampungan seperti pas sekali dengan keadaan yang rada galau. Akupun turun ke sawah, duduk dipondok.
“ Maafin aku ya, aku udah bohong sama kamu, aku gak bilang yang sebenarnya. Ya misalnya kalo ada apa-apa dengan ku, mungkin itu takdir “ ucapku sambil berayun dipondok tengah-tengah sawah.

sambil berayun aku memainkan ponselku,

“ ketika kematian ku datang, aku ingin kamu menggenggam erat jemariku agar aku kuat untuk menghadapi kematian dan untuk berpisah dengan mu “ status yang ku update ke situs face book. Saat itu aku benar-benar ngaur, pikiran ku melayang terlalu jauh, seakan-akan pirasat itu ada.
~
Seminggu setelah itu, kabar buruk datang dari Nita. Nita telah tiada, ia meninggal saat ia operasi tumor yang ada didadanya, saat operasi terjadi pendarahan. Kondisinya sangat tidak stabil, Sehingga Nita tak dapat diselamatkan lagi, sekilas cerita dari akhir kehidupan seorang gadis berkerudung itu, kini hanya tampak pahatan nama nya di batu nisan yang berdiri tegak di atas tanah lembab dan bertaburan bunga itu(*)
Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com