Halaman

Sabtu, 06 Oktober 2012

Harapan ku


Ku langkah kan kaki ku menuju halaman luar rumah dengan koper di genggaman ku, ku lirikan bola mata ini ke sekelilingan ku. Tempat ini, suasana ini akan menjadi kenangan tersendiri untuk ku dan yang pasti akan ku rindukan selalu, karena hari ini aku akan pergi dari kota kelahiran ku.

Sebelum jam keberangkatan ku, aku akan mengunjungi rumah sahabat ku juga pacar ku. Karena mereka belum mengetahui akan keberangkatan ku hari ini. Aku pun meminta pak Leman supir pribadi ku untuk mengantari ku ke rumah Rahel, sahabat kharib ku sejak SD. Saat sampai dirumah nya, akupun langsung memberi tahu nya, bahwa hari ini aku akan pindah dari Batam. Saat itu Rahel hanya diam dengan bola mata yang berkaca-kaca, dan langsung memeluk ku begitu erat. Karena waktu yang tak terlalu banyak, aku pun memberikan album photos yang didalam nya banyak foto-foto yang sejak pertama kenal hingga saat ini dan langsung melangkah kan kaki menuju mobil dengan wajah tertunduk.

Kini aku menuju rumah pacar ku, namun saat sampai di sana Vikri tak ada di rumah, Vikri sedang keluar dengan  teman-teman nya. aku pun hanya permisi kepada keluarganya. Setelah itu, aku kembali untuk menuju bandara. 

Di perjalanan, bolamata ku mengarah keluar jalan. Jujur aku tak kuat meninggalkan kota kelahiran ku, yang sedari kecil aku belajar, aku berteman, hingga aku umur 17 tahun mengenal akan yang namanya cinta disini. Saat mengingat itu semua, aku teringat seseorang yang pernah mengisi hari-hariku cukup lama. Namun karena masalah yang tak terlalu jelas bagi ku, yang membuat kami berpisah hingga tali silahturahmi pun terputus.

“ Pak, nanti belok kiri ya. saya mau ke rumah Radit. Bapak masih ingat jalannya kan? “ ucap Zarifa.
“ Baik non “

Aku sengaja meminta antarkan ke rumah mantan ku Radit. Aku hanya ingin tali silahturahmi yang terputus ini, akan menjadi baik-baik saja saat aku telah pergi dari kota ini. Sesampai disana, ku salami tangan Ibunya yang telah ku anggap Ibu ku sendiri, dan ku ciumi Syafara adik nya Radit yang juga sudah ku anggap seperti adik ku sendiri. Aku pun mengobrol sebentar dengan Ibunya, dan tak lama kemudian langsung permisi untuk pergi. Saat itu aku tak bertemu Radit, karena Radit sedang keluar dengan Ayahnya. Namun saat langkah kaki menuju mobil, tampak Ayah dan Radit. Aku pun menghentikan langkah ku dan langsung menyalami tangan Ayah nya, dan melempar senyum pada Radit. Hati ku sangat lega saat melihat Radit membalas senyum ku. Senyuman yang sudah lama tak ku lihat. Ayahnya pun langsung masuk, mungkin ia mengerti ada sesuatu yang ingin aku bicarakan pada Radit.

“ Apa kabar? “ tanya Radit
“ Baik, oia aku mau permisi “
“ kemana ?” menatap ku begitu serius
“ aku mau pindah, aku harap talisilahturahmi kita kayak dulu lagi. Yaudah aku buru-buru Dit “ ucap ku membalikan badan
“ Rifaaa “ panggil Radit sambil menggapai tangan ku
aku hanya menatap diam
“ hati-hati dijalan, jaga kesehatan. Kasi kabar kalo udah sampei “ ucap Radit.
Aku mengangguk.
Aku sangat lega saat itu, karena talisilahturahmi ku dengan Radit pun membaik. kini aku pun pergi tanpa beban.

Dari rumah Radit aku pun melanjutkan perjalanan dan sampai di Bandara, dari kejauhan tampak Vikri. Aku pun langsung turun dan mendatangi nya.

“ Hey ! “ menyentuh pundaknya.
Vikri menoleh kebelakang dan langsung memeluk ku.
“ Sayang, lo mau kemana? Kenapa mendadak gini. Sumpah gua enggak trima “
“ Sorry, gua mau pergi “
“ tapi kenapa cobak? lo enggak ngabarin gua dari kemaren-kemaren ?”
“ yayaya, gua ngaku salah. Yaudalah gua enggak ada waktu lagi buat jelasin. Gua berangkat ya sayang, sorry kalo gua udah banyak salah sama lo. Jaga diri lo baik-baik “ Zarifa mengecup Vikri dan langsung melangkah kan kaki.
Vikri diam dan langsung meremas rambutnya, ia tidak terima.
“ Den? “ ucap Pak Leman menyentuh pundak Vikri.
“ ia pak ? “
“ ini ada titipan dari Non Zarifa “
“ Papan Skett ? “
“ ia, tadi Non Zarifa ke rumah tapi Den Vikri tidak ada. Jadi di titipin ke bapak aja “
“ hmm, makasih ya pak “
“ ia Den “
Mereka pun berpisah.

***

Enam jam diperjalanan aku pun sampai di Surakarta, tempat Tante ku. Di sini aku akan serius belajar, dan belajar mandiri karena berpisah dengan keluargaku.

Malam hari nya aku pun menelepon Vikri, untuk mengabari sekaligus menjelaskan semuanya. Cukup lama menjelaskan kepada Vikri hingga ia menerima semua nya.
“ maafin gua Vik, gua kayak gini karena gua pengen tenang. Gua pengen sendiri, gua berharap lo enggak marah sama gua. Makasih banget, karena lo gua bisa lupa dengan masa lalu gua. Semoga keputusan gua buat pisah dengan lo, keputusan yang terbaik untuk kita berdua. Dan semoga setelah kita pisah lo bakal dapat yang lebih baik dari gua “ batin Zarifa.

***

Sudah satu setengah tahun aku di Surakarta, disini aku lebih serius belajar. cukup banyak ilmu yang aku dapati. Rasa rindu pada keluarga dan sahabat ku terus ku tahan demi cita-cita yang ku impikan. Disini aku juga banyak teman, dan mulai kembali merasakan jatuh cinta. Namun hal itu tak ku hiraukan, karena aku takut sakit itu akan kembali aku rasakan. Rasa sakit yang dahulu Radit berikan tanpa sebab, rasa kecewa pada seorang laki-laki yang terus ada dalam benak pikiran ku, yang membuat ku takut akan jatuh cinta kembali. Kini aku berharap, aku tenang disini aku tak akan merasakan jatuh cinta dan disakiti lagi, yang aku lakukan hanyalah menimba ilmu sebanyak mungkin yang nanti nya berguna untuk keluarga dan aku sendiri, bukan untuk yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com