Halaman

Jumat, 15 Juni 2012

Ibu Anugerah Terindah ku


Sewaktu aku masih berada dikandungan ibu, aku belum mengerti akan bagaimana aku nantinya, namun disaat Tuhan berkata suatu hari nanti Dia akan mengirimkan ku kedunia. Saat mengetahui itu aku takut, karena di dunia banyak orang jahat. Aku lebih bahagia disini, aku bisa menikmati surga dan aku takut tak bisa melihat, mengadu, dan bercerita kepada Tuhan lagi.

Tepat hari Senin siang, aku dilahirkan kedunia. Saat itu aku menangis, namun aku terdiam saat seorang wanita memeluk ku dan mengelus-ngelus pipiku. Aku begitu merasa nyaman saat ia memeluk ku, saat itu juga aku bersyukur kepada Tuhan yang sudah mengirimkan ku kedunia.
~

Kini aku telah berumur tiga tahun, aku pun dapat berbicara. Semua ini karna bimbingan seorang wanita yang telah melahirkan ku, memeluk ku, dan mengelus pipiku saat Tuhan mengirimkan ku kedunia, dia adalah ibuku.
Hingga umurku tujuh tahun akupun mengerti, sewaktu Tuhan akan mengirimkan ku kedunia, aku ketakutan. aku merasa lebih bahagia disurga, karena di dunia banyak orang jahat  dan aku juga takut tak bisa melihat, mengadu, dan bercerita lagi kepada Tuhan disaat aku sedih.

Tetapi kini aku mengerti, ibu mengajarkan ku berdoa kepada Tuhan dan itu membuatku merasa kalau aku kembali dapat bercerita dan mengadu kepada Tuhan disaat aku senang maupun sedih. Dan Ibu selalu mengajarkan ku sholat, karena sholat akan membawa kita kesurga. Dan sekali lagi aku pun mengerti, jika aku selalu mengerjakan sholat aku akan kembali kesurga lagi dan akan dapat melihat Tuhan ku kembali.
Didunia tak hanya ibu yang menemaniku, ada ayah dan  Mesya, adik perempuan ku yang lahir disaat aku berumur enam tahun. Aku juga mempunyai banyak teman, hal itu semakin membuat ku bahagia dan bersyukur kembali kepada Tuhan.

Tiga tahun kemudian

Hari-hari ku begitu ku nikmati, namun aku menangis disaat malaikatku jatuh sakit, ibuku sering sakit-sakitan disaat ia melahirkan Mesya, waktu itu terjadi pendarahan. Perutnya selalu sakit hingga tiga tahun belakangan ini.

Disaat aku duduk di bangku SMP. Ibuku pun dilarikan kerumah sakit karena sore itu dia pingsan, aku pun langsung menelepon ayah untuk segera pulang dari tempat kerjanya, Ayahku pun pulang dan langsung membawa ibu kerumah sakit, saat itu aku dan Mesya hanya bisa menangis dikamar. Aku takut kehilangan malaikatku, disaat aku tau kalau ibu harus dirawat di rumah sakit dan ia harus menjalankan operasi karena ada segumpalan darah di dalam perutnya yang harus diambil.

Aku dan Mesya pun segera menyusul kerumah sakit, sampai dirumah sakit tampak ibu terkulai lemah di atas kasur. ditangan nya sudah melekat selang infuse, aku semakin tak dapat menahan tangis. Akupun langsung ke Mussolah yang tak jauh dari rumah sakit, aku menenangkan pikiran ku dan mengadu kepada Tuhan.

“ Ya Allah, Aku tak kuat melihat ibuku sakit-sakitan, tolong sembuhkan segera malaikatku, aku hanya ingin melihat ibu tersenyum terus. Tolong kabulkan doaku Ya Allah, Amin ”

Setelah berdoa dan aku sedikit merasa tenang, aku pun langsung beranjak menuju ruangan tepat dimana ibuku dirawat. Tuhan mengabulkan doa yang baru sajaku kirim, akupun melihat ibu telah sadar. Akupun langsung menyalami ibuku, dan duduk disampingnya. Jujur saat itu aku ingin menangis, namun aku tak ingin menambah beban ibuku yang sedang terkulai lemah.

“ Rei, kamu sama dek Memei udah makan ? ” Tanya ibu.

“ udah kok, ibu istirahat aja yang banyak, Mesya biar kakak yang jaga ”

Disaat ibu sedang terkulai lemah, masih saja ia memikirkan anaknya.

“ Ibu benar-benar malaikatku, aku janji aku bakal jagain ibu sampe ibu sembuh, dan akan melihat senyum ibu kembali ” batin Raisya menatap ibunya.

Keesokan harinya, ibuku akan menjalankan operasi, aku pun izin dari sekolah karena aku tak ingin meninggalkan ibu saat operasi berlangsung.
Dua jam kemudian, operasi selesai. Kondisi ibu semakin lemah, dan belum sadar, aku semakin takut kehilangan ibu.

“ Ya Allah jika Engkau sayang dengan ku, tolong sembuhkan ibu, Cuma itu yang aku mau ” batin Raisya menangis.

Akupun terus duduk menemani ibuku hingga aku tertidur karena kelelahan. Tak lama kemudian aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara,

“ Rey, resyaa. Jangan lupa makan nak ”

Ucapan itu terlontar sangat lemah di saat mata ibu masih terpejam,

Saat itu aku benar-benar tak kuat menahan tangis, akupun langsung memeluk ibuku. Dan menangis di atas dadanya.

“ Ya Allah kuat kan ibu dan keluarga ku dari cobaan ini ” batin raisya.

Sepuluh hari kemudian,
akhirnya ibu dapat pulang kerumah. Tuhan sedikit demi sedikit mengabulkan doaku, akupun tak lelah merawat ibuku dirumah yang terkadang sakitnya sering kambuh dimalam hari,

“ Ya allah, jika memang ibuku akan sembuh panjangkan lah umurnya, Raisya bakal janji akan menjaga dan ngebahagiain ibu. Namun jika ibu memang sudah tak kuat lagi, Raisya iklas melihat ibu pergi sekarang. Karena Raisya sudah tak kuat melihat ibu sakit terus-menerus. Hanya itu permintaanku Ya Allah ” doa disolat malam Raisya.

Ternyata tuhan sayang dengan ku, disaat aku menginjak remaja. Ibu masih ada disamping ku, kini ia tampak lebih sehat.
“ Aku akan berjanji tidak akan mengecewakan ibu, agar ibu terus tersenyum.  Terima kasih Tuhan, sudah mau mendengar doaku, dan memberikan umur yang panjang untuk Ibu anugerah terindahku ” ucap Raisya Hidayatullah (***)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com