Jumat, 15 Juni 2012
Air Mata ini Masih Untuk Mu
Sore nanti gue bakal senang banget, soalnya gue bakal ketemu lagi dengan pacar gue. Walaupun baru kemarin gue ketemu dia, tapi nih hati rasanya kangen muluk. hmm sebelum ketemu, gue mau buat sesuatu untuk pacar tersayang gue. Gue bakal buat tumis cumik + nutrijell untuk penutup nya, enak enggak enak yang penting gue udah belajar buat jadi calon binik nya die, hahahaha.
Sepulang dari sekolah, gue langsung ngacir noh kepasar tempat biasa nyokap gue belanja. keliling pasar beberapa menit, akhirnya semua bahan buat tumis cumik gue udah kebelik, kalo buat nutrijell nya sih, udah dari semalam gue buat. Gue pun langsung pulang kerumah, sampei dirumah gue kagak langsung ganti seragam, males ! Langsung aje gue masak.
Nih pertama kalinya gue masakin buat die, moga aje die seneng. Satu jam gue masak + beres-beres, sekarang saat nya gue mandi terus dandan deh.
“ Samlikum, Raaa…Araaa. Gue nih “
“ ettt daah, dah muncul aja tuh anak. Iyeeee bentar, gue lagi mandi “
Tak lama kemudian, gue keluar dari toilet. Langsung gue buka aja noh pintu ruang tamu.
“ maaf om, saya enggak ada uang buat bayar ronda. Emak lagi keluar “
“ yaelah Raaa, lo kira gue om om siskamling “
“ ahahaha becanda gue, yauda masuk. Gue mau ganti baju dulu “
“ ikut bole? “
“ mentel, triak nih gue “
“ hahaha becande gue beb “
“ ohh, kirain gue beneran. Padahal gue mau lo tadi “
“ alah alah, ahahahaa. Yauda ganti cepet sana “
“ hahahaha, sip om siskamling “
“ aisss “ ucap Riki sambil melempar mainan kunci motor ke arah gue.
Tak lama kemudian gue siap, kami pun langsung ngacir ke pantai Bona.
Di pantai ini lah gue selalu berdua dengan Riki, Gue dengan Riki memang sama-sama suka dengan suasana pantai. Dari itu tak ada kata bosan untuk kami bermain di pantai ini.
Nah, perut gue mulai bunyik-bunyik nih, ape lagi perut Riki. Putri cacingnya udah kayak burung jalak aja noh, mulai bekico-bekico. Langsung aja gue keluarin masakan gue tadi, selagi anget kami embat aja bedua. Suasana beginian yang buat gue seneng, romantic banget daah. Angetnya matahari sore, angin sepoi, suara ombak, terus Gue nyuapin dia, dia nyuapin gue. Yaaa walaupun agak alay, lanjut aja daah.
“ enak kagak yang ? “
“ hmm enak tante siskamling, besok-besok buatin lagi yah. Yang agak pedesan tapi “
“ ahahaha, siap bos siskamling “
“ hahahaha, kok jadi siskamling si ? “
“ ya muka lo noh kayak kentungan siskamling wahahahaha “
“ eettt dah, kurang ajar ni anak yaa “
“ hahaha, yaudah yang. Noh ada nutrijell di tas, makan aja biar seger “
“ ntar aja deh, kita jalan dulu yok kesana “
Gue sama Rikipun main di pasir pantai yang putih, lari-larian foto-foto ketawa-ketawa. Gue seneng bangettt ni sore.
“ sayang, gue capek. Istirahat yok “
“ yok yok “
“ gendong lahh “ ucap gue yang rada manja.
“ depan atau belakang yang ?”
“ hahahaha, gak mau depan gak mau belakang “
“ jadi? “
“ naik dibahu “
“ hahahah sarap, yaudah cepat yok katanya capek “
Riki pun langsung mengendong gue ke arah atas pantai.
gue pun besender di pohon kelapa, nah si Riki ke enakan nih. Dia malah golek dipaha gue.
“ Raaa, gue tidur bentar yaa “
“ haaa iyaaa “
Riki pun tidur dipaha gue sampei sunset muncul, saat itu gue agak melou. Gue idupin lagunya LC-Seluruh Nafas Ini. Sumpah gue nangis, apalagi kalo liat mukanya Riki. Gue enggak bisa nahan air mata gue.
Walaupun gue enggak kuat liat mukanya, tapi tetep aja gue tatap tuh muka sambil ngomong sendiri,
“ ki, gue takut lo pergi dari gue. Gue udah sayang banget sama lo. “
Sekarang arah bola mata gue ke jemarinya Riki, jemari-jemari itu yang selalu ngapus airmata gue disaat gue nangis. Trus, kalo nyokap bokap gue keluar kota atau sibuk dengan kerjaan nya, jemari-jemari itu yang selalu ngerawat gue disaat gue sakit, jemari-jemari itu juga yang selalu ngelapin darah yang keluar dari hidung gue. Sumpah gue takut kehilangan Riki. Gue enggk bakal bisa pisah dengan dia.
“ Tuhan tolong jadikan Riki jodoh Ara, dia udah menjadi yang terbaik buat hidup Ara. Dia yang mau ngerawat Ara disaat Ara sakit. “
Tak lama kemudian, Riki terbangun dari tidurnya. Riki langsung kembali duduk. Dan gue pun langsung refleks memeluk Riki.
“ Ki jangan pernah pergi dari gue, gue emang sering nyusahin lo. Tapi gue pengen, lo yang ngerawat gue disaat gue sakit. Enggak ada yang peduli sama gue selain lo ki. Ki gua sayang lo “ semakin erat gue memeluk Riki.
Riki pun menenangkan gue.
“ iyaaa sayang, gue bakal janji enggak bakal ninggalin elo “
“ amin “ ucap Araa sambil menangis kecil.
Namun keinginan gue untuk bersama Riki berhenti ditengah jalan, gue nggak ngerti salah gue apa. Gue nyobak buat kuat, gue nyobak buat enggak nangis. Tapi gue kagak bisa ngejalani ini semua, gue nggak sanggup.
Hari ini libur sekolah, gue pun maen Ke Pantai Bona sendirian. Gue berjalan pelan sambil melamun dengan gulungan ombak dikaki gue. Tak sadar langkah kaki yang pelan membuat gue lelah, dan hidung gue kembali ngeluarin darah, saat itu gue nangis ditengah-tengah laut yang tak begitu dalam. Biasanya kalau gue mimisan, jemari Riki yang selalu ngebersihin. Lah sekarang ? Riki udah pergi ninggalin gue.
“ Riki, janji lo mana? Lo bilang lo bakal terus sama gue, tapi lo malah ninggalin gue tanpa alasan gini. Gue terima semua keputusan lo, karena saat lo mutusin gue, gue enggak sanggup lagi mau nanya ini itu ke elo. Gue marah, karena lo udah ingkar janji. Tapi gue udah maafin lo jugak, karena gue udah sayang banget sama lo. Jujur, walaupun sekarang udah ada yang ngisi hati gue, tapi Air Mata ini masih buat lo Ki. ” (***)
Ibu Anugerah Terindah ku
Sewaktu aku masih berada dikandungan ibu, aku belum mengerti akan bagaimana aku nantinya, namun disaat Tuhan berkata suatu hari nanti Dia akan mengirimkan ku kedunia. Saat mengetahui itu aku takut, karena di dunia banyak orang jahat. Aku lebih bahagia disini, aku bisa menikmati surga dan aku takut tak bisa melihat, mengadu, dan bercerita kepada Tuhan lagi.
Tepat hari Senin siang, aku dilahirkan kedunia. Saat itu aku menangis, namun aku terdiam saat seorang wanita memeluk ku dan mengelus-ngelus pipiku. Aku begitu merasa nyaman saat ia memeluk ku, saat itu juga aku bersyukur kepada Tuhan yang sudah mengirimkan ku kedunia.
~
Kini aku telah berumur tiga tahun, aku pun dapat berbicara. Semua ini karna bimbingan seorang wanita yang telah melahirkan ku, memeluk ku, dan mengelus pipiku saat Tuhan mengirimkan ku kedunia, dia adalah ibuku.
Hingga umurku tujuh tahun akupun mengerti, sewaktu Tuhan akan mengirimkan ku kedunia, aku ketakutan. aku merasa lebih bahagia disurga, karena di dunia banyak orang jahat dan aku juga takut tak bisa melihat, mengadu, dan bercerita lagi kepada Tuhan disaat aku sedih.
Tetapi kini aku mengerti, ibu mengajarkan ku berdoa kepada Tuhan dan itu membuatku merasa kalau aku kembali dapat bercerita dan mengadu kepada Tuhan disaat aku senang maupun sedih. Dan Ibu selalu mengajarkan ku sholat, karena sholat akan membawa kita kesurga. Dan sekali lagi aku pun mengerti, jika aku selalu mengerjakan sholat aku akan kembali kesurga lagi dan akan dapat melihat Tuhan ku kembali.
Didunia tak hanya ibu yang menemaniku, ada ayah dan Mesya, adik perempuan ku yang lahir disaat aku berumur enam tahun. Aku juga mempunyai banyak teman, hal itu semakin membuat ku bahagia dan bersyukur kembali kepada Tuhan.
Tiga tahun kemudian
Hari-hari ku begitu ku nikmati, namun aku menangis disaat malaikatku jatuh sakit, ibuku sering sakit-sakitan disaat ia melahirkan Mesya, waktu itu terjadi pendarahan. Perutnya selalu sakit hingga tiga tahun belakangan ini.
Disaat aku duduk di bangku SMP. Ibuku pun dilarikan kerumah sakit karena sore itu dia pingsan, aku pun langsung menelepon ayah untuk segera pulang dari tempat kerjanya, Ayahku pun pulang dan langsung membawa ibu kerumah sakit, saat itu aku dan Mesya hanya bisa menangis dikamar. Aku takut kehilangan malaikatku, disaat aku tau kalau ibu harus dirawat di rumah sakit dan ia harus menjalankan operasi karena ada segumpalan darah di dalam perutnya yang harus diambil.
Aku dan Mesya pun segera menyusul kerumah sakit, sampai dirumah sakit tampak ibu terkulai lemah di atas kasur. ditangan nya sudah melekat selang infuse, aku semakin tak dapat menahan tangis. Akupun langsung ke Mussolah yang tak jauh dari rumah sakit, aku menenangkan pikiran ku dan mengadu kepada Tuhan.
“ Ya Allah, Aku tak kuat melihat ibuku sakit-sakitan, tolong sembuhkan segera malaikatku, aku hanya ingin melihat ibu tersenyum terus. Tolong kabulkan doaku Ya Allah, Amin ”
Setelah berdoa dan aku sedikit merasa tenang, aku pun langsung beranjak menuju ruangan tepat dimana ibuku dirawat. Tuhan mengabulkan doa yang baru sajaku kirim, akupun melihat ibu telah sadar. Akupun langsung menyalami ibuku, dan duduk disampingnya. Jujur saat itu aku ingin menangis, namun aku tak ingin menambah beban ibuku yang sedang terkulai lemah.
“ Rei, kamu sama dek Memei udah makan ? ” Tanya ibu.
“ udah kok, ibu istirahat aja yang banyak, Mesya biar kakak yang jaga ”
Disaat ibu sedang terkulai lemah, masih saja ia memikirkan anaknya.
“ Ibu benar-benar malaikatku, aku janji aku bakal jagain ibu sampe ibu sembuh, dan akan melihat senyum ibu kembali ” batin Raisya menatap ibunya.
Keesokan harinya, ibuku akan menjalankan operasi, aku pun izin dari sekolah karena aku tak ingin meninggalkan ibu saat operasi berlangsung.
Dua jam kemudian, operasi selesai. Kondisi ibu semakin lemah, dan belum sadar, aku semakin takut kehilangan ibu.
“ Ya Allah jika Engkau sayang dengan ku, tolong sembuhkan ibu, Cuma itu yang aku mau ” batin Raisya menangis.
Akupun terus duduk menemani ibuku hingga aku tertidur karena kelelahan. Tak lama kemudian aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara,
“ Rey, resyaa. Jangan lupa makan nak ”
Ucapan itu terlontar sangat lemah di saat mata ibu masih terpejam,
Saat itu aku benar-benar tak kuat menahan tangis, akupun langsung memeluk ibuku. Dan menangis di atas dadanya.
“ Ya Allah kuat kan ibu dan keluarga ku dari cobaan ini ” batin raisya.
Sepuluh hari kemudian,
akhirnya ibu dapat pulang kerumah. Tuhan sedikit demi sedikit mengabulkan doaku, akupun tak lelah merawat ibuku dirumah yang terkadang sakitnya sering kambuh dimalam hari,
“ Ya allah, jika memang ibuku akan sembuh panjangkan lah umurnya, Raisya bakal janji akan menjaga dan ngebahagiain ibu. Namun jika ibu memang sudah tak kuat lagi, Raisya iklas melihat ibu pergi sekarang. Karena Raisya sudah tak kuat melihat ibu sakit terus-menerus. Hanya itu permintaanku Ya Allah ” doa disolat malam Raisya.
Ternyata tuhan sayang dengan ku, disaat aku menginjak remaja. Ibu masih ada disamping ku, kini ia tampak lebih sehat.
“ Aku akan berjanji tidak akan mengecewakan ibu, agar ibu terus tersenyum. Terima kasih Tuhan, sudah mau mendengar doaku, dan memberikan umur yang panjang untuk Ibu anugerah terindahku ” ucap Raisya Hidayatullah (***)
Salam Untuk Hidup dan Mati ku
“ Gua emang enggak pantes buat lo sayang ! gua Cuma cewek penyakitan yang enggak ada apa-apanya dimata lo ! ” ucap Juju dengan tangisannya sambil melempar kerikil ke arah air laut biru yang sedari dari bergerak pelan mengikuti arah angin.
Juwita Rayhana Kamelia biasa dipanggil Juju, biasanya ia menikmati pantai sore hari bersama pacar nya, namun kini tidak, sore ini ia menikmati pantai bersama air mata disamping nya. Juju terus menikmati suasana pantai yang tenang saat itu, walau tangisan terus mengalir. Juju tak lelah menyusut air mata dipipinya dengan jemari-jemarinya.
Rio Diharjo, ia adalah orang yang beberapa bulan belakangan ini mengisi hari-harinya Juju. Yang kini membuat Juju menangis. Dimata Juju, Jojo adalah cowok yang benar-benar bisa membuat dirinya ada, bisa, dan semangat. Jojo lah yang selalu membuat Juju tertawa, lupa dengan cobaan yang sedang menimpa dirinya setahun belakangan ini. Namun itu dahulu, sekarang semua nya sudah berubah. Bagi Juju, Jojo yang dahulu dengan yang sekarang benar-benar berbeda. Hal itu benar-benar dirasakan oleh Juju, namun Juju tetap sabar untuk menunggu perubahan dari Jojo menjadi Jojo yang seperti dahulu, yang selalu memberi kabar, yang selalu perhatian, dan yang selalu ada untuk nya.
Tetapi perubahan yang di tunggu-tunggu Juju dari diri Jojo tak kunjung datang. Juju down, ia terlalu lelah membatin, ia terlalu banyak memikirkan Jojo. Belum lagi kondisi Juju yang semakin hari semakin tampak kurang baik, berat badan nya terus berkurang akibat penyakit yang ia derita setahun belakangan itu.
Juju terinfeksi paru-paru, dahulu Jojolah orang yang selalu memberi semangat kepada Juju, dia yang selalu meyakinkan suatu saat nanti Juju akan sembuh. Namun kata-kata penyemangat itu semakin memudar disaat Juju sangat membutuhkan kata-kata itu lagi dari Jojo, karena sekarang Juju di vonis mengalami penyakit kanker paru-paru.
Penyakit yang semakin parah yang bersarang ditubuh Juju, dengan iklas ia terima. Karena Juju yakin, semua akan indah pada waktu nya.
“ Hidup gua enggak mungkin selalu tertawa terus-menerus, setiap tawa yang keluar dari diri gua, pasti akan ada tangis jugak disampingnya. Dan itu sekarang, tangisan raga dan batin gua. Tangisan untuk cobaan yang gua alami saat ini dan semua pasti bakal berakhir dengan senyuman gua. Amin ” batin Juju.
Hari-hari yang juju jalani beberapa bulan ini begitu membuatnya semakin tak bersemangat hidup, namun didepan orang-orang yang ia sayangi seperti keluarga, teman-teman, juga Jojo. Ia selalu tersenyum, padahal itu senyuman tangis dari diri Juju. Juju mencoba bertahan dengan keadaan nya hingga ia tak kuat lagi dengan keadaan hubungan nya dengan Jojo, ia pun mencoba mengajak Jojo bertemu, mereka pun bertemu di pantai tempat biasa mereka bercerita, bercanda.
“ hy… ” ucap Jojo yang baru saja datang.
Juju hanya tersenyum dengan wajah yang sedikit pucat.
“ lo udah lama disini, sorry ya gua telat ” kata Jojo
“ enggak, gua juga baru datang. Kemana aja lo enggak ada kabar? ” Tanya Juju.
Namun Jojo diam dan langsung menggenggam tangan Juju.
“ jawab dong ! lo kemana aja ? ” ucap Juju sambil melepas tangan nya dari genggaman Jojo.
“ kenapa si lo? Baru juga gua datang, udah marah-marah ”
“ gua enggak marah, gua Cuma nanyak ? gua nyuru lo kemari ya karena gua pengen tau, kenapa lo enggak ada kabar. Cuma itu Jo, gua khawatir ama elu. Gua sakit-sakit gini masih bisa ngawatirin lo, lah elu ? lo berubah Jo. Lo sekarang udah jarang banget ngasi kabar ke gua, gua ini sebenar nya siapa elo sih ?! gua cewek elo Jo, cewek elo ” ucap Juju sambil menangis.
“ Sorry …. ”
“ Sorry, sorry. Sorry aja yang elo kasih terus ke gua. Lo tu yah emang benar-benar berubah, dulu lo sering meratiin gua, lah sekarang? Mana Jo mana ? gua butuh itu Jo, gua cewek, gua pengen kayak temen-temen cewek gua yang selalu diperhatiian sama pacarnya, mau dia sehat sakit. Diperhatiin terus ! gua iri Jo. Udah berapa kali coba lo giniin gua? Udah sering Jo, gua nggk kuat. Gua sakit, tolong ngertiin keadaan gua, sekarang gua pengen nanya, Lo sekarang mau apa? Gua ajak putus lo kagak mau, kalo emang ada yang lain, kalo emang ada yang lebih dari gua. Yaudah pergi aja, gua seneng, gua seneng lihat lo seneng. Gua bakal iklas lihat lo dengan yang lain senang, semua itu Karena gua sadar, gua Cuma cewek penyakitan yang enggak ada apa-apanya dibanding cewek-cewek yang wah diluar sana, gua sadar Jo. Kalo emang semua bakal berakhir hari ini, gua janji gua enggak bakal ganggu hidup lo lagi, gua enggak bakal ngarepin perubahan lo yang kayak dulu lagi. Dan gua berharap, lo bakal lebih senang disaat lo udah pisah dengan gua. Jadi lo enggak usah susah payah lagi mikirin gua yang penyakitan ini. Sekarang, pergi lah Jo. Gua yakin lo bakal senang setelah pisah dengan gua. ” ucap Juju menangis menatap Jojo.
“ Jadi lo udah enggak sayang sama gua ?” Tanya Jojo.
Juju diam sejenak, dan langsung memeluk Jojo.
“ Gua sayang sama elu, tapi gua enggak kuat lama-lama kayak gini, tolong ngertiin gua . sekarang lebih baik lo pergi, pergilah sayang. Diluar sana masih banyak yang lebih pantas buat elo ”
Kata Juju, kembali menatap Jojo dengan air mata bergelimangan dibola matanya.
“ oke, kalo itu mau elo, jaga diri lo baik-baik ya. Cepat sembuh ” ucap Jojo dan mencium kening Juju.
Juju diam berdiri di atas pasir putih dengan hembusan pelan angin pantai, menatap kepergian Jojo.
Dua bulan kemudian, kondisi Juju semakin parah karena penyakit yang ia derita, Juju terus bertahan hingga ia terbaring lemah diruangan rumah sakit. Sudah dua minggu Juju terbaring lemah, namun dokter belum mengizinkan Juju untuk pulang kerumah karena kondisinya yang masih lemah,
hingga minggu ke tiga kondisinya belum juga membaik, malah semakin memburuk. Dada nya perih, Juju pun harus dioperasi besok. Tetapi, sebelum hari operasi itu tiba. Sepertinya ada firasat dari diri Juju, sewaktu Jojo menjenguk dirinya.
“ Ju, kamu pasti kuat. Bertahan ya sayang. Gua janji gua bakal berubah. Lo jangan tinggalin gua Ju, gua sayang sama elu ” ucap Jojo menggemgam tangan Juju yang terpasang selang infuse.
Juju tersenyum,
“ waktu gua kecil, gua senang dan berterima kasih kepada mama gua yang udah melahirkan gua kedunia ini, saat itu gua sangat senang menyambut hidup gua. Dan sekarang gua Cuma bisa nyusahin mama gua, gua hanya bisa sakit-sakitan terus, Jadi saat ini gua bakal menyambut juga hari kematian gua yang bakalan datang menjemput gua ” kata Juju tertatih.
“ apa’an sih lo ngomong nya. Ju denger gua, lo bakal sembuh Ju. Gua minta maaf sama elu kalo gua kemarin udah enggak meratiin lo lagi, maaf Ju. Gua nyesel Ju udah gini’in lo. Lo yang pantes gua sayang bukan orang lain ” ucap Jojo yang sedikit meteskan airmatanya.
“ gua udah maafin elo dari dulu-dulu, gua juga sayang sama elu Jo ” ucapan Juju tertatih dengan mata nya yang semakin merapat, tampak air mata yang mengalir dari pejaman matanya dan senyuman dari nya.
“ Ju, Jujuuuuuuuuuuuuuuuuuu……… ” teriak Jojo saat melihat layar monitor menunjukan nada datar dan bunyi yang menandakan tidak ada lagi detakan jantung dari Juju.
Juju pun meninggal dunia, disaat penyakit nya belum sempat di angkat. Keluarga, teman dan Jojo pun berharap semoga Juju tenang dan tersenyum indah disana. Amin (***)
Kekuatan Cinta Kita
Sudah dua bulan aku menanti Rere pacar ku yang sekarang berada di
Surabaya. Ia sedang melakukan operasi disana, aku selalu berdoa yang
terbaik untuk Rere dan berharap Rere pun segera kembali ke Batam.
Dua bulan bukanlah waktu yang mudah untuk berpisah dengan orang yang aku sayang, jujur aku ingin disamping nya saat pacarku operasi, namun keadaan tidak memungkinkan.
Aku semakin gelisah saat mendengar kabar dari keluarga Rere, kalau kondisi Rere kurang baik semenjak operasi. Maka dari itu Rere belum bisa pulang ke Batam. Aku takut, aku takut kehilangan Rere, perempuan yang selama ini bersama ku. Canda tawa yang keluar dari nya kini sudah dua bulan tak kulihat lagi, namun aku tetap bersabar menanti Rere.
Terkadang aku marah pada diriku sendiri,
“ kenapa harus Rere yang jatuh waktu itu, kenapa enggak aku aja. Aku yang salah sudah bercanda berlebihan hingga Rere pun terjatuh, aku enggak sanggup menerima semua ini, aku sayang dengan Rere, Tuhan tolong sembuhkan Rere ”
Rere jatuh saat kami bercanda tawa di atas rumah pohon, waktu itu aku dan Rere duduk ditepian rumah pohon, bercanda tawa sambil menikmati indahnya matahari sore. Entah kenapa saat itu aku usil, menggelitikan pacarku yang begitu penggeli hingga jatuh dari atas dan pingsan. Kemudian berlanjut ke rumah sakit dan sampai harus dioperasi. Aku sangat menyesal,
“ Maafin aku sayang, aku enggak sengaja. Aku janji kalau kamu sembuh, aku bakal jagain kamu, aku nggk bakal usil lagi. Cepat sembuh dan cepat pulang ya. Aku kangen sama kamunya ”
Sebulan kemudian~
Hal yang kunanti-nanti pun tiba, Rere kembali ke Batam. Akupun menyambut kedatangan pacarku itu di Bandara. Namun hati ini sakit, batin ini menangis saat Rere tak mengenal ku lagi. Senyumku tak dibalas, dan sapaan ku dibalas dengan kata “ Kamu siapa? ”. Namun aku sabar saat itu, aku yakin ini semua pasti ada alasannya. Dari Mama Rere akupun mengetahui alasan, mengapa Rere seperti itu. Mendengar cerita dari mamanya, Aku pun menerima nya lagi, aku tak bisa marah pada Rere yang lupa dengan ku, karena semua ini salah ku, penyebabnya adalah aku. Aku yang membuat Rere jatuh dan sekarang Rere hilang ingatan.
“ Tuhan maafkan aku, terlalu banyak salah ku pada Rere. Aku akan tetap menyayangi Rere, walau Rere sekarang tak mengenalku. Aku yakin suatu hari nanti ingatan Rere bakal kembali lagi, Amin ”
Hari ke hari aku mencoba mengenal kan diriku pada Rere, sedikit demi sedikit Rerepun senang dengan ku. Aku cukup senang, Karena usaha ku tidak sia-sia. Hingga tiga bulan berlalu Rere belum juga bisa mengingatku. Aku pun tak terlalu memaksa Rere untuk mengingat, biarlah aku yang sakit menerima keadaan ini, keadaan yang benar-benar sulit untuk ku terima, karena orang yang aku sayang, orang yang dahulunya selalu memberikan perhatian. Kini diriku dimata Rere seperti teman baru yang baru saja ia kenal.
Sore ini aku mengajak Rere bermain ketempat yang biasa kami datangin, aku sangat berharap ada sedikit hal yang dapat ia ingat, aku ajak Rere bermain layang-layang di taman ilalang, tampak ia senang. Tawa Rere pun keluar dari raut wajahnya. Hati ini sungguh senang melihat tawa Rere yang beberapa bulan belakangan ini aku rindukan. Saat matahari mau terbenam, kami pun segera menurunkan layangan kami dan kembali pulang.
Tak ada hentinya aku mencoba mengembalikan ingatan Rere, sedikit demi sedikit Nampak nya usahaku semakin membuah kan hasil, Rerepun mengajak ku ke taman ilalang lagi, dahulu ia memang sangat senang untuk bermain disana, feelingku berkata Rere tampaknya sedikit ingat sekarang. Aku dan Rerepun bermain layangan hingga letih. Dan beristirahat di ayunan dekat taman.
“ Ree, kamu ingat tempat ini? Kamu suka dengan tempat ini kan ? kamu ingat aku juga kan Re? coba liat ini foto kita dahulu, ayo Ree ingat, ayoolah di ingat-ingat sayangggg ”
Rere hanya diam menatap ku, dan tiba-tiba ia menangis, meremas rambutnya.
“ saaaaaaakiittt, kepala ku sakit. Jangan paksa aku, aku aku akuuu… ”
Tiba-tiba Rere pingsan, aku panik.
“ Ya Tuhan, Aku salah lagi. Aku terlalu memaksa Rere buat ingat dengan semua nya. Maafin aku sayang ”
Akupun segera membawa Rere pulang.
Seminggu setelah itu, Rere mengajak ku kerumah pohon. Akupun menuruti nya. Saat itu aku hanya diam, aku takut membuat kesalahan lagi, aku tak mau membuat Rere pingsan lagi.
“ Yud, kok kamu diam? Kamu terpaksa ya aku ajak kesini ? ”
“ haa? Enggk kok Re, justru aku senang. Kapan kamu mau kesini, aku siap buat nganterin kamu ”
Rere tersenyum. Dan langsung memainkan gitar dan bernyanyi,
Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas dimataku
Warna - warna indahmu
Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Sifatmu nan s'lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu
Saat kau disisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu
Anugrah terindah yang pernah ku miliki~
Saat mendengar Rere bernyanyi, hati ini begitu tenang, aku merasakan Rere telah kembali seperti dulu.
“ bagus “ ucap Yudi
“ makasi Yud ”
Saat kata itu terucap, Rere memeluk Yudi.
“ Ya tuhan orang yang aku sayang kembali memeluk ku lagi, terima kasih ” ucap Yudi dalam hati.
Cukup lama Rere memeluk ku, akupun mencium kening Rere.
“ Yud cium aku “
Mendegar itu aku kaget, aku tak mengihiraukan ucapan Rere yang baru saja ia lontarkan, aku pun memeluk Rere kembali,
“ cium aku Yud ! ”
Mendengar itu aku kaget lagi, kutatap bola mata Rere yang bergelimangan airmata. Akupun mencium nya. Sungguh saat itu aku benar-benar merasakan kekuatan cinta ku dengan Rere. Dan berharap semoga Rere mulai mengingat ku lebih dari saat ini. (***)
Dua bulan bukanlah waktu yang mudah untuk berpisah dengan orang yang aku sayang, jujur aku ingin disamping nya saat pacarku operasi, namun keadaan tidak memungkinkan.
Aku semakin gelisah saat mendengar kabar dari keluarga Rere, kalau kondisi Rere kurang baik semenjak operasi. Maka dari itu Rere belum bisa pulang ke Batam. Aku takut, aku takut kehilangan Rere, perempuan yang selama ini bersama ku. Canda tawa yang keluar dari nya kini sudah dua bulan tak kulihat lagi, namun aku tetap bersabar menanti Rere.
Terkadang aku marah pada diriku sendiri,
“ kenapa harus Rere yang jatuh waktu itu, kenapa enggak aku aja. Aku yang salah sudah bercanda berlebihan hingga Rere pun terjatuh, aku enggak sanggup menerima semua ini, aku sayang dengan Rere, Tuhan tolong sembuhkan Rere ”
Rere jatuh saat kami bercanda tawa di atas rumah pohon, waktu itu aku dan Rere duduk ditepian rumah pohon, bercanda tawa sambil menikmati indahnya matahari sore. Entah kenapa saat itu aku usil, menggelitikan pacarku yang begitu penggeli hingga jatuh dari atas dan pingsan. Kemudian berlanjut ke rumah sakit dan sampai harus dioperasi. Aku sangat menyesal,
“ Maafin aku sayang, aku enggak sengaja. Aku janji kalau kamu sembuh, aku bakal jagain kamu, aku nggk bakal usil lagi. Cepat sembuh dan cepat pulang ya. Aku kangen sama kamunya ”
Sebulan kemudian~
Hal yang kunanti-nanti pun tiba, Rere kembali ke Batam. Akupun menyambut kedatangan pacarku itu di Bandara. Namun hati ini sakit, batin ini menangis saat Rere tak mengenal ku lagi. Senyumku tak dibalas, dan sapaan ku dibalas dengan kata “ Kamu siapa? ”. Namun aku sabar saat itu, aku yakin ini semua pasti ada alasannya. Dari Mama Rere akupun mengetahui alasan, mengapa Rere seperti itu. Mendengar cerita dari mamanya, Aku pun menerima nya lagi, aku tak bisa marah pada Rere yang lupa dengan ku, karena semua ini salah ku, penyebabnya adalah aku. Aku yang membuat Rere jatuh dan sekarang Rere hilang ingatan.
“ Tuhan maafkan aku, terlalu banyak salah ku pada Rere. Aku akan tetap menyayangi Rere, walau Rere sekarang tak mengenalku. Aku yakin suatu hari nanti ingatan Rere bakal kembali lagi, Amin ”
Hari ke hari aku mencoba mengenal kan diriku pada Rere, sedikit demi sedikit Rerepun senang dengan ku. Aku cukup senang, Karena usaha ku tidak sia-sia. Hingga tiga bulan berlalu Rere belum juga bisa mengingatku. Aku pun tak terlalu memaksa Rere untuk mengingat, biarlah aku yang sakit menerima keadaan ini, keadaan yang benar-benar sulit untuk ku terima, karena orang yang aku sayang, orang yang dahulunya selalu memberikan perhatian. Kini diriku dimata Rere seperti teman baru yang baru saja ia kenal.
Sore ini aku mengajak Rere bermain ketempat yang biasa kami datangin, aku sangat berharap ada sedikit hal yang dapat ia ingat, aku ajak Rere bermain layang-layang di taman ilalang, tampak ia senang. Tawa Rere pun keluar dari raut wajahnya. Hati ini sungguh senang melihat tawa Rere yang beberapa bulan belakangan ini aku rindukan. Saat matahari mau terbenam, kami pun segera menurunkan layangan kami dan kembali pulang.
Tak ada hentinya aku mencoba mengembalikan ingatan Rere, sedikit demi sedikit Nampak nya usahaku semakin membuah kan hasil, Rerepun mengajak ku ke taman ilalang lagi, dahulu ia memang sangat senang untuk bermain disana, feelingku berkata Rere tampaknya sedikit ingat sekarang. Aku dan Rerepun bermain layangan hingga letih. Dan beristirahat di ayunan dekat taman.
“ Ree, kamu ingat tempat ini? Kamu suka dengan tempat ini kan ? kamu ingat aku juga kan Re? coba liat ini foto kita dahulu, ayo Ree ingat, ayoolah di ingat-ingat sayangggg ”
Rere hanya diam menatap ku, dan tiba-tiba ia menangis, meremas rambutnya.
“ saaaaaaakiittt, kepala ku sakit. Jangan paksa aku, aku aku akuuu… ”
Tiba-tiba Rere pingsan, aku panik.
“ Ya Tuhan, Aku salah lagi. Aku terlalu memaksa Rere buat ingat dengan semua nya. Maafin aku sayang ”
Akupun segera membawa Rere pulang.
Seminggu setelah itu, Rere mengajak ku kerumah pohon. Akupun menuruti nya. Saat itu aku hanya diam, aku takut membuat kesalahan lagi, aku tak mau membuat Rere pingsan lagi.
“ Yud, kok kamu diam? Kamu terpaksa ya aku ajak kesini ? ”
“ haa? Enggk kok Re, justru aku senang. Kapan kamu mau kesini, aku siap buat nganterin kamu ”
Rere tersenyum. Dan langsung memainkan gitar dan bernyanyi,
Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas dimataku
Warna - warna indahmu
Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Sifatmu nan s'lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu
Saat kau disisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu
Anugrah terindah yang pernah ku miliki~
Saat mendengar Rere bernyanyi, hati ini begitu tenang, aku merasakan Rere telah kembali seperti dulu.
“ bagus “ ucap Yudi
“ makasi Yud ”
Saat kata itu terucap, Rere memeluk Yudi.
“ Ya tuhan orang yang aku sayang kembali memeluk ku lagi, terima kasih ” ucap Yudi dalam hati.
Cukup lama Rere memeluk ku, akupun mencium kening Rere.
“ Yud cium aku “
Mendegar itu aku kaget, aku tak mengihiraukan ucapan Rere yang baru saja ia lontarkan, aku pun memeluk Rere kembali,
“ cium aku Yud ! ”
Mendengar itu aku kaget lagi, kutatap bola mata Rere yang bergelimangan airmata. Akupun mencium nya. Sungguh saat itu aku benar-benar merasakan kekuatan cinta ku dengan Rere. Dan berharap semoga Rere mulai mengingat ku lebih dari saat ini. (***)
Langganan:
Postingan (Atom)