Halaman

Rabu, 20 Februari 2013

Akan Indah pada Waktunya


Siang itu aku duduk di Cafe YF ditemani Laptop, kertas kerja, sambil menyedu Coffee juga dua potong Donuts. Setelah tugas proyek selesai aku pun meninggalkan tempat itu, sebelum pulang aku melangkahkan kaki ku menuju toko arlogy. Namun beberapa saat ketika aku sedang melihat-lihat arlogy, aku mendengar suara yang begitu indah, suara itu berasal dari panggung bawah lantai dasar. suara itu seakan-akan menyuruh ku untuk melihat ke arah panggung, aku pun mencoba meninggalkan toko arlogy tersebut, dan bergegas turun ke lantai dasar, namun saat aku berada di atas escalator menuju lantai dasar, sosok wanita dengan rambut indah nya yang bergelombang, sedang bersenandung di atas panggung.

Saat aku melihat sosok wanita itu dan dengan lagu lama yang ia arasemen kan melemparkan aku ke lima tahun yang lalu. Sosok itu begitu mirip dengan sosok wanita yang dahulu pernah mengisi hari-hari ku yang sekarang entah dimana keberadaannya. Kami berpisah, saat aku dan Syafa duduk dibangku SMA, kami pun lost contact hingga beberapa bulan putus, kemudian berhubungan kembali namun hanya beberapan bulan, dan kami pun putus kembali saat menjelang kelulusan dan lost contect terjadi kembali hingga lima tahun ini.

Semua perjalanan itu berawal dari keinginan ku, keinginan ku untuk mengenal dekat pada Syafa. Senyuman Syafa dengan lesung pipit di pipi kiri nya membuat aku seakan-akan ingin memilikinya. Keinginan itu pun tersampai kan. Aku pun menjalin hubungan dengan Syafa, Syafa sosok wanita  yang bisa menerima aku apa adanya, hal yang membuat aku kagum akan ketulusannya untuk menerima akan kekurangan dan kelebihan ku.

Seling beberapa bulan aku dan Syafa menjalin hubungan, aku pun berulang tahun saat itu. Ulang tahun ku yang ke 17 tahun, ku rayakan berdua bersama Syafa pacarku. Dari sore hingga malam tiba, Syafa menemani ku. Malam itu begitu indah dengan langit malam yang disinari bulan dan bintang ditambah lagi dengan kebersamaan kami yang saling bercanda tawa dan terhenti saat aku mengecup bibir Syafa untuk pertama kali nya, saat itulah rasa sayang ku mulai tumbuh. Moment itu membuat ku semakin tak mau melepaskan Syafa, malam itu tepat ulang tahun ku yang ke 17 tahun, aku berjanji akan terus menjaga Syafa.

Hari ke hari aku mencoba menjadi yang terbaik untuk Syafa, tapi entah mengapa beberapa bulan kemudian setelah sweet moment itu aku merasa aku berubah, aku kasar terhadap Syafa, aku sering membuatnya menangis, hal yang membuat ku merasa bersalah pada nya dan aku pun mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan itu, agar Syafa tak ku sakiti lagi.

Sosok Syafa yang telah menerima dengan apa adanya aku, bukan karena ada apa adanya diriku kini dengan sabar menerima keputusan ku dan melepas kepergian ku. Jujur saat itu aku benar-benar merasa bersalah.
Beberapa bulan kami pun berpisah, aku merindukan Syafa. Aku ingin kembali untuk mengisi hari-harinya, hal itu pun terjadi. Aku dan Syafa kembali menjalin hubungan, dengan canda tawa nya, Syafa pun menerima ku kembali dengan lapang dada, jujur aku semakin sayang pada Syafa, aku terus berusaha untuk menjadi lebih baik dan membuang sifat ku yang terkadang kasar pada nya karena aku tak ingin melihat air mata Syafa jatuh kembali karena perbuatan ku. Tetapi terkadang aku takut, semua itu tak bisa ku jalani, hal yang ku takuti itu pun terjadi disaat beberapa bulan setelah aku kembali berhubungan dengan Syafa, lagi dan lagi aku membuat Syafa menangis, aku selalu membentak Syafa tanpa sebab yang pasti, tutur kata ku yang kasar yang ku lemparkan pada sosok Syafa membuat Syafa down. Ia tampak lesu, namun ia kuat menjalani hubungan itu. Terkadang aku berubah menjadi baik kembali, karena melihat ketulusan Syafa yang seperti itu, namun perubahan ku hanya sebentar dan aku pun kembali memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu.

Kami pun berpisah, berbulan-bulan aku tak melihat sosok Syafa. aku rindu melihat senyuman manis nya. Sosok itu seakan-akan sudah menjadi bagian dari ku. Sudah beberapa perempuan yang mengisi hari-hari ku, namun  mereka berbeda, hanya Syafa yang membuat ku nyaman dan sabar dengan sifat ku. Aku sangat menyesal telah melepas kan sosok Syafa begitu saja, tetapi aku tak berhenti berharap untuk bersama nya kembali.
Sudah setahun aku memendam rasa rindu ku terhadap Syafa, namun Tuhan begitu baik. Rasa rindu itu terobati saat aku tak sengaja bertemu Syafa di acara pernikahan guru ku. Aku perhatikan sosok itu dari kejauhan, aku begitu tenang saat melihat sosok Syafa yang tertawa riang bersama teman-teman nya, bertanda ia baik-baik saja. Aku pun mencoba menghampiri nya, menyapa, dan menyalami nya. Aku duduk tepat disebelah Syafa, aku mencoba basa-basi, mengajak ia ngobrol, namun Syafa hanya tersenyum, mengangguk, menggelengkan kepalanya. Padahal aku ingin mendengar suara Syafa yang sudah lama tak ku dengar.

Dan tak lama kemudian, Ia pun menyalami tangan ku dan melempar senyum pada ku, bertanda ia pamitan untuk pulang. Malam itu, hari terakhir ku menggenggam tangan Syafa dan melihat senyuman Syafa, karena semenjak acara itu hingga lima tahun ini aku tak pernah melihat sosok Syafa lagi, aku dan Syafa benar-benar lost contact, sekarang aku tak mengetahui keberadaannya yang entah dimana. Aku pun iklas menerima kejadian ini, karena semua berawal dari kesalahan ku sendiri, namun aku tetap selalu yakin terhadap cinta yang berawal dari senyuman itu, tumbuh karena kecupan, dan berakhir di derai air mata itu akan indah lagi pada waktu nya. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com