Halaman

Rabu, 20 Februari 2013

Rangkul Aku dalam Bahagiamu


Fariq Wiratmaja, sosok yang sudah cukup lama ku kenal dari jejaringan social. Namun kedekatan kami baru saja berlangsung beberapa minggu, cukup senang mengenal nya dan dari hari ke hari mengenal nya lebih dekat membuat aku merasa nyambung dan nyaman. Canda dan tawa yang ia beri membuat aku semangat kembali setelah hampir tiga bulan lebih aku down karena hal yang tak terlalu penting untuk di pikirkan.

Hari-hari ku kembali ceria saat aku mengenal Fariq, walaupun hanya lewat ponsel senyum dan tawa ku pun kembali disaat aku bercanda dengan nya, dan perhatian nya yang tak kunjung putus membuat aku merasa kalau aku telah mempunyai pengisi hati yang baru, tetapi itu hanya perasaan yang terbawa suasana saja dan aku tak terlalu menghiraukan. juga tak berharap lebih dengan hal yang belum pasti.

Rasa senang itu terus berlanjut, rasa suka kepada Fariq pun tumbuh. Namun karena troma dengan kejadian yang lalu aku pun mencoba menganggap hal itu hanya rasa suka yang nantinya akan hilang dikemudian hari, tetapi lama-kelamaan rasa itu terus muncul, membuat aku dan Fariq pun sama-sama ingin bertemu tatap muka  langsung, namun aku belum siap karena aku takut Fariq akan menyesal dan akan menghilang dari hari-hari ku. Fariq memang bukan siapa-siapa aku, tetapi dengan perhatian nya, candatawanya yang belakangan ini mengisi hari-hariku membuat aku merasa takut kehilangan itu semua. Fariq pun mengerti, ia pun mau menunggu sampai aku benar-benar siap bertemu tatap muka langsung dengan dirinya.

Satu bulan berlalu, aku dan Fariq pun belum juga bertemu tatap muka langsung, namun karena kesabaran nya ia masih tetap mau menunggu, canda tawa perhatian yang tak kunjung putus membuat aku sayang pada Fariq. aku pun memutuskan kalau aku mau bertemu tatap muka langsung dengan nya di hari ulang tahun ku yang ke-17 nanti. aku sangat berharap malam itu bukan untuk pertama dan terakhir kali nya aku bertemu dengan Fariq.

H-riha pun tiba, Fariq lah orang yang pertama mengucapkan hari dimana bertambahnya usia ku, malam itu tepat pukul 00:00 wib disaat aku tertidur pulas ia menelepon ku, aku pun terbangun dan mengangkat telpon darinya,

“ Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday, happy birthday Lonaaaa~ Happy birthday ya Alonaa, semoga lebih baik dari sebelumnya amin “

“ Amiiin amiiin aminnn, makasi banyak ya Fariq “

“ Yauda, tidurlah lagi “

“ iyaa Fariq, makasi lagii yaaaaa “

“ iyeeeeeee, hahahahaha “

“ hahahaha, yaudah byee Fariq “

“ Bye Lonaaa “

Setelah mendapat ucapan dari Fariq, aku tak dapat tidur kembali. Rasa senang itu membuat aku tak dapat menutup kembali bola mata ku hingga jam tiga pagi.

~

Malam pun tiba, setelah sholat magrib aku pun segera siap-siap. Tepat pukul 19:00 wib Fariq datang menjemputku, langkah kaki ku perlahan menuju mobil, membuka pintu dan langsung duduk tepat disamping Fariq, aku melempar senyum pada Fariq dan Fariq membalas nya. Hati ku sedikit tenang karena ia mau membalas senyum ku. Sepanjang perjalanan menuju Losary aku dan Fariq mengobrol dengan backsound yang sedikit slow. Membuat suasana yang awalnya sedikit kaku perlahan sedikit demi sedikit menjadi lebih santai hingga setengah jam di perjalanan akhirnya kami pun sampai ditujuan. Kami pun melangkahkan kaki dan berhenti dibebatuan tepat ditepi laut, aku dan Fariq pun duduk disini. Aku pun mengajak Fariq kembali mengobrol, berlanjut ke candatawa. Ditengah canda tawa kami, tiba-tiba Fariq mengeluarkan cup cake dari jaket nya.

“ Nih “ ucap Fariq sambil tersenyum

“ Ya ampun Fariq, makasih yaaaaa “

Fariq tersenyum dan langsung menyalakan lilin nya, akupun meniup lilin itu dengan senang. Tampaknya Fariq senang melihat aku senang, hati ku semakin
tenang melihat suasana yang berjalan cukup baik saat itu.
Beberapa  menit kemudian Fariq mengajak ku naik ke Bianglala, aku pun menerima ajakan nya. Kami pun masuk, dan duduk . Bianglala pun perlahan berputar, pemandangan malam hari yang indah pun tampak dari kaca bening saat kami berada di atas, aku pun semakin senang saat itu, aku pun berharap Fariq merasakan apa yang ku rasakan saat itu. Setelah putaran ketiga, kami pun turun dari Bianglala, dan melangkahkan kaki menuju tempat lain, kami pun duduk tepat di tepi danau, lampu-lampu kuning menerangi tempat itu, suara hempasan ombak ke batu karang yang masih terdengar dari kejauhan juga bintang-bintang yang menghiasi langit malam membuat malam itu begitu indah. Suasana tiba-tiba hening, aku terdiam merenung.

“ Tuhan, semoga ini bukan malam terakhir aku bertemu Fariq, semoga dia enggak nyesel Amin “ batinku.
Namun tiba-tiba, Fariq menggenggam kedua tangan ku.

“ Alona, aku pengen mulai hari ini kamu benar-benar ngisi hari-hari aku, aku udah nyaman sama kamu. Aku sayang kamu Lonaa“ ucap Fariq.

Saat itu aku hanya diam,

“ ini mimpi atau bukan sihhh “ ucap ku dalam hati.

“ terserah mau jawab kapan, aku enggak maksa kok “

“ haaa? Hmmm “ ucapku kebingungan.

“ udaaaahh jangan bingung gituu ah “

“ hahahaaa, pulang yok dah malem “

Fariq menggangguk tersenyum.

Saat langkah kaki menuju parkiran, langkah ini benar-benar berat. Rasa tak ingin berpisah, namun karena sudah malam kami pun pulang. Diperjalanan pulang suasana kembali hening dengan backsound Kenny G-First Love.
Dan tanpa sadar, sampai lah kami didepan rumah.

“ Yaaahh dah sampei “ ucapku.

“ hahahaha, besok besok masih bisa jalan kok Lonaaaa “

“ hehe ia sih, makasiih banyak yaaa Fariq, aku seneng malam ini “ aku tersenyum.

“ Baguslahh kalo kamu seneng, aku juga gitu seneng malam ini “

“ Yauda kamu hati-hati yaaa “

“ eehhh ini ada sesuatu buat kamu “

“ waahhhh, makasih Fariq “

Fariq tersenyum dan mengelus kepala ku. Aku pun membalas senyumnya dan langsung turun dari mobil.

Sebuah lukisan wanita berkerudung kado dari Fariq. Lukisan itu aku, lukisan itu sangat mirip dengan wajah ku. Aku sangat senang dengan kado yang Fariq beri untuk ku, ulang tahun ku kali ini begitu special dengan kehadiran Fariq.

Tiga hari kemudian aku pun menerima Fariq, hari itu adalah hari yang lebih menyenangkan dari hari-hari sebelumnya untuk aku dan Fariq.

~

Minggu pagi, sepulang dari jogging dengan teman-teman aku pun mampir ke pasar pagi. Aku pun berkeliling pasar, aku akan membeli bahan-bahan untuk memasak sarapan pagi. Dengan catatan kecil di tangan ku, satu per satu bahan pun terbeli dan akupun langsung pulang kerumah, sepuluh menit diperjalanan aku  sampai dirumah. Pagi ini aku akan memasak nasi goreng, satu persatu bahan ku iris-iris dan bumbu masak pun ku pisahkan hingga setengah jam akhirnya  nasi goreng pun siap saji, saat itu aku pun langsung mencicipi nya sedikit dan langsung pergi lagi menuju rumah pacar ku untuk mengantarkan sarapan pagi untuk nya. Aku berharap semoga ia suka dengan nasi goreng buatan ku ini, dan harapan ku itu pun terkabul kan karena  Fariq tampak lahap memakannya, setelah Fariq selesai makan akupun segera pulang ke rumah. Sebelum pulang, aku di bungkuskan brownies buatan ibunya. Cukup senang, walaupun itu bukan buatan Fariq sendiri (haha).

Kedekatan kami semakin menyenangkan, membuat aku berjanji akan menjaga ini semua karena aku yakin Fariq adalah sosok yang Tuhan kirimkan untuk ku.
Dua minggu hubungan ini berjalan lancar, kami pun pergi kepantai untuk refreshing setelah beberapa hari melaksanakan ujian sekolah. Kami pun pergi sore hari, sebelum menuju pantai aku dan Fariq mampir ke tempat pemakaman umum, kami berdua akan berziarah ke makam ayah. setelah berjalan cukup jauh dari parkiran, aku dan Fariq pun duduk tepat disebelah makam ayah, kami berdua segera mengirimkan doa dan membasahi batu nisan dengan sebotol air juga menaburi bunga di atasnya. Aku senang sudah bisa menemani Fariq ke makam ayah nya, aku berharap Ayah disana tersenyum melihat kami berdua disini dan akan terus bersama nantinya (Amin). Setelah selesai kami pun melanjutkan perjalanan menuju pantai,  namun saat tiba di pantai tiba-tiba saja rintik hujan membasahi kami, kami pun berteduh di warung kecil di tepi pantai, walaupun cuaca tak begitu bagus aku dan Fariq tetap ceria dengan canda tawa kami yang tak ada henti nya.

“ Aku selalu berharap, Tawa mu yang akan terus mengisi hari-hari ku nanti “ harap ku menatap Tawa Fariq.

Tepat jam tujuh, rintik hujan reda. Aku mengajak Fariq untuk berjalan di tepi pantai, Fariq pun menerima ajakan ku. Saat itu, suasana begitu indah dengan hempasan ombak di batu karang, angin yang berhembus pelan, bulan yang sedikit demi sedikit menampakan porosnya, juga bintang yang satu persatu muncul di langit malam.

“ Sayang, aku senang “ ucapku.

Fariq tersenyum merangkul ku, kami pun duduk di bebatuan tepi pantai.

“ Semoga ini bukan awal yang indah untuk akhir yang tak indah, aku berharap memang Fariq yang terbaik, Tuhan izin kan kami terus bersama-sama amin “ batinku sambil bersender dibahu Fariq.

Aku memeluk Fariq begitu juga dengan nya ia memeluk dan mengelus kepala ku. Dan merangkul ku kembali menuju parkiran untuk segera pulang kerumah karena hari sudah malam.

Sepanjang hari aku terus berharap dan berdoa yang terbaik untuk hubungan ku dengan Fariq, agar dia lah yang akan merangkul ku hingga kelak sampai nafas ini tak berhembus lagi(***)

Akan Indah pada Waktunya


Siang itu aku duduk di Cafe YF ditemani Laptop, kertas kerja, sambil menyedu Coffee juga dua potong Donuts. Setelah tugas proyek selesai aku pun meninggalkan tempat itu, sebelum pulang aku melangkahkan kaki ku menuju toko arlogy. Namun beberapa saat ketika aku sedang melihat-lihat arlogy, aku mendengar suara yang begitu indah, suara itu berasal dari panggung bawah lantai dasar. suara itu seakan-akan menyuruh ku untuk melihat ke arah panggung, aku pun mencoba meninggalkan toko arlogy tersebut, dan bergegas turun ke lantai dasar, namun saat aku berada di atas escalator menuju lantai dasar, sosok wanita dengan rambut indah nya yang bergelombang, sedang bersenandung di atas panggung.

Saat aku melihat sosok wanita itu dan dengan lagu lama yang ia arasemen kan melemparkan aku ke lima tahun yang lalu. Sosok itu begitu mirip dengan sosok wanita yang dahulu pernah mengisi hari-hari ku yang sekarang entah dimana keberadaannya. Kami berpisah, saat aku dan Syafa duduk dibangku SMA, kami pun lost contact hingga beberapa bulan putus, kemudian berhubungan kembali namun hanya beberapan bulan, dan kami pun putus kembali saat menjelang kelulusan dan lost contect terjadi kembali hingga lima tahun ini.

Semua perjalanan itu berawal dari keinginan ku, keinginan ku untuk mengenal dekat pada Syafa. Senyuman Syafa dengan lesung pipit di pipi kiri nya membuat aku seakan-akan ingin memilikinya. Keinginan itu pun tersampai kan. Aku pun menjalin hubungan dengan Syafa, Syafa sosok wanita  yang bisa menerima aku apa adanya, hal yang membuat aku kagum akan ketulusannya untuk menerima akan kekurangan dan kelebihan ku.

Seling beberapa bulan aku dan Syafa menjalin hubungan, aku pun berulang tahun saat itu. Ulang tahun ku yang ke 17 tahun, ku rayakan berdua bersama Syafa pacarku. Dari sore hingga malam tiba, Syafa menemani ku. Malam itu begitu indah dengan langit malam yang disinari bulan dan bintang ditambah lagi dengan kebersamaan kami yang saling bercanda tawa dan terhenti saat aku mengecup bibir Syafa untuk pertama kali nya, saat itulah rasa sayang ku mulai tumbuh. Moment itu membuat ku semakin tak mau melepaskan Syafa, malam itu tepat ulang tahun ku yang ke 17 tahun, aku berjanji akan terus menjaga Syafa.

Hari ke hari aku mencoba menjadi yang terbaik untuk Syafa, tapi entah mengapa beberapa bulan kemudian setelah sweet moment itu aku merasa aku berubah, aku kasar terhadap Syafa, aku sering membuatnya menangis, hal yang membuat ku merasa bersalah pada nya dan aku pun mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan itu, agar Syafa tak ku sakiti lagi.

Sosok Syafa yang telah menerima dengan apa adanya aku, bukan karena ada apa adanya diriku kini dengan sabar menerima keputusan ku dan melepas kepergian ku. Jujur saat itu aku benar-benar merasa bersalah.
Beberapa bulan kami pun berpisah, aku merindukan Syafa. Aku ingin kembali untuk mengisi hari-harinya, hal itu pun terjadi. Aku dan Syafa kembali menjalin hubungan, dengan canda tawa nya, Syafa pun menerima ku kembali dengan lapang dada, jujur aku semakin sayang pada Syafa, aku terus berusaha untuk menjadi lebih baik dan membuang sifat ku yang terkadang kasar pada nya karena aku tak ingin melihat air mata Syafa jatuh kembali karena perbuatan ku. Tetapi terkadang aku takut, semua itu tak bisa ku jalani, hal yang ku takuti itu pun terjadi disaat beberapa bulan setelah aku kembali berhubungan dengan Syafa, lagi dan lagi aku membuat Syafa menangis, aku selalu membentak Syafa tanpa sebab yang pasti, tutur kata ku yang kasar yang ku lemparkan pada sosok Syafa membuat Syafa down. Ia tampak lesu, namun ia kuat menjalani hubungan itu. Terkadang aku berubah menjadi baik kembali, karena melihat ketulusan Syafa yang seperti itu, namun perubahan ku hanya sebentar dan aku pun kembali memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu.

Kami pun berpisah, berbulan-bulan aku tak melihat sosok Syafa. aku rindu melihat senyuman manis nya. Sosok itu seakan-akan sudah menjadi bagian dari ku. Sudah beberapa perempuan yang mengisi hari-hari ku, namun  mereka berbeda, hanya Syafa yang membuat ku nyaman dan sabar dengan sifat ku. Aku sangat menyesal telah melepas kan sosok Syafa begitu saja, tetapi aku tak berhenti berharap untuk bersama nya kembali.
Sudah setahun aku memendam rasa rindu ku terhadap Syafa, namun Tuhan begitu baik. Rasa rindu itu terobati saat aku tak sengaja bertemu Syafa di acara pernikahan guru ku. Aku perhatikan sosok itu dari kejauhan, aku begitu tenang saat melihat sosok Syafa yang tertawa riang bersama teman-teman nya, bertanda ia baik-baik saja. Aku pun mencoba menghampiri nya, menyapa, dan menyalami nya. Aku duduk tepat disebelah Syafa, aku mencoba basa-basi, mengajak ia ngobrol, namun Syafa hanya tersenyum, mengangguk, menggelengkan kepalanya. Padahal aku ingin mendengar suara Syafa yang sudah lama tak ku dengar.

Dan tak lama kemudian, Ia pun menyalami tangan ku dan melempar senyum pada ku, bertanda ia pamitan untuk pulang. Malam itu, hari terakhir ku menggenggam tangan Syafa dan melihat senyuman Syafa, karena semenjak acara itu hingga lima tahun ini aku tak pernah melihat sosok Syafa lagi, aku dan Syafa benar-benar lost contact, sekarang aku tak mengetahui keberadaannya yang entah dimana. Aku pun iklas menerima kejadian ini, karena semua berawal dari kesalahan ku sendiri, namun aku tetap selalu yakin terhadap cinta yang berawal dari senyuman itu, tumbuh karena kecupan, dan berakhir di derai air mata itu akan indah lagi pada waktu nya. (***)

Copyright@ All Rights Reserved Yuni-Fibonacci.blogspot.com